•⊰❂͜͡✯﷽✯͜͡❂⊱•
ᕼᗩᖇᗩᗰ ᗰEᗰᗩKᗩᑎ ᗩᔕᗩᖇI' (EᑎTᑌᑎG, ᑌᑎGKEᖇ, ᑭᑌTᕼᑌᒪ, ᑌᑎGKᖇᑌᑎG, KEᑭOᗰᑭOᑎG) ᒍᗩᑎGKᖇIK ᗪᗩᑎ ᗷᗩYI ᔕEᖇᗩᑎGGᗩ
𝐀]• 𝐀𝐋 𝐇𝐀𝐃𝐈𝐓𝐒
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ:
«نَهَى رَسُولُ اللهِ -ﷺ- عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابِّ: النَّمْلَةِ، وَالنَّحْلَةِ، وَالْهُدْهُدِ، وَالصُّرَدِ».
[رواه أحمد في مسنده واللفظ له / ومن مسند بني هاشم / مسند عبد الله بن العباس بن عبد المطلب، عن النبي صلى الله عليه وسلم / رقم الحديث: ٣٠٦٦. وأبو داود وابن ماجه، قال الحافظ ابن حجر في هذا الحديث: رجاله رجال الصحيح، وقال البيهقي: هو أقوى ما ورد في هذا الباب].
Dari Ibnu ‘Abbaas radliyyAllahu 'anhuma, beliau berkata:
“Rasulullah -ﷺ- telah melarang membunuh empat macam hewan: semut, lebah, burung hudhud, dan burung shurad.”
[HR Ahmad, Abu Dawud, Dan Ibnu Majah. Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy Berkata Mengenai Hadits Ini Bahwa Para Perawi Haditsnya Adalah Shahih. Dikuatkan Pula Dari Al Baihaqi Yang Berkata : "Inilah Riwayat Yang Paling Kuat Dalam Bab Ini].
❁˚ৡ✿⊱•Al 'Alamah Syaraful Haq Ash Shiddiqiy Al 'Adzim Abadiy dalam Kitabnya 'Aunu Al Ma'bud Syarhu Sunan Abi Dawud (juz. 14 hal. 119):
قَالَ الْخَطَّابِيُّ : ...(إلى أن قال)... وَأَمَّا الْهُدْهُدُ وَالصُّرَدُ فَلِتَحْرِيمِ لَحْمِهَا لِأَنَّ الْحَيَوَانَ إِذَا نُهِيَ عَنْ قَتْلِهِ وَلَمْ يَكُنْ ذَلِكَ لِاحْتِرَامِهِ أَوْ لِضَرَرٍ فِيهِ كَانَ لِتَحْرِيمِ لَحْمِهِ
[انظر كتاب عون المعبود شرح سنن أبي داود، ومعه حاشية ابن القيم: تهذيب سنن أبي داود وإيضاح علله ومشكلاته : (ج ١٤ ص ١١٩) / ٤٠ - كتاب الأدب / باب في قتل الذر / المؤلف: محمد أشرف بن أمير بن علي بن حيدر، أبو عبد الرحمن، شرف الحق، الصديقي، العظيم آبادي (ت ١٣٢٩هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت، الطبعة: الثانية، ١٤١٥ هـ].
Al Khothobiy berkata ; ...(sampai ia berkata)...“Adapun hud-hud dan shurad maka haram dagingnya. Karena binatang jika dilarang membunuhnya padahal bukan karena sebab untuk memuliakannya atau karena ada bahaya, maka itu karena haram dagingnya”. Selesai.
Ada sebuah kaidah mengatakan:
أن كل ما نهي عن قتله فلا يجوز أكله، إذ لو جاز أكله جاز قتله.
“Bahwa semua yang dilarang membunuhnya maka tidak boleh dimakan, karena jika boleh memakannya maka boleh membunuhnya”.
❁˚ৡ✿⊱•Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy berkata dalam Kitabnya Majmu' Syarhu Al Muhadzab:
قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ : مَا نُهِيَ عَنْ قَتْلِهِ حَرُمَ أَكْلُهُ لِأَنَّهُ لَوْ حَلَّ أَكْلُهُ لَمْ يُنْهَ عَنْ قَتْلِهِ كَمَا لَوْ لَمْ يُنْهَ عَنْ قَتْلِ الْمَأْكُولِ ، فَمِنْ ذَلِكَ النَّمْلُ وَالنَّحْلُ فَهُمَا حَرَامٌ ، وَكَذَلِكَ الْخُطَّافُ وَالصُّرَدُ وَالْهُدْهُدُ وَالثَّلَاثَةُ حَرَامٌ عَلَى الْمَذْهَبِ ،
Asy-Syafi’i dan para sahabatnya berkata: Apapun yang diharamkan untuk dibunuh, maka haram memakannya, karena jika dibolehkan memakannya, maka tidak dilarang untuk dibunuh, seperti halnya apabila tidak dilarang dari membunuh hewan yang dapat dimakan, maka termasuk dari semua itu, semut dan lebah, diharamkan untuk dimakan, begitu pula kadal, burung cendet, burung hud hud, dan ketiganya dilarang menurut madzhab (Syafi'iyyah). Selesai.
Setiap hal yang membahayakan badan baik itu berupa makanan atau minuman atau lainnya hukumnya terlarang. Yang dimaksud adalah jika makanan atau minuman tersebut dipastikan 100% bahaya atau bahayanya lebih besar dari manfaatnya.
Sebagaimana diungkapkan dalam kaidah fiqhiyyah karya Ulama Wahhabiy : Abdurrahman Bin Nashr As Sa'diy yang berjudul Al Qawaidu Wa Al Ushulu Al Jami’ah, (hal. 27) :
الشَارِعُ لَا يَـأْمُرُ إِلاَّ ِبمَا مَصْلَحَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً وَلاَ يَنْهَى اِلاَّ عَمَّا مَفْسَدَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً
[انظر كتاب القواعد والأصول الجامعة والفروق والتقاسيم البديعة : (ص ٢٧) / تأليف الشيخ: عبد الرحمن بن ناصر بن عبد الله السعدي].
“Islam tidak memerintahkan sesuatu kecuali mengandung 100% kebaikan, atau kebaikan-nya lebih dominan. Dan Islam tidak melarang sesuatu kecuali mengandung 100% keburukan, atau keburukannya lebih dominan". Selesai.
𝐁]• 𝐀𝐐𝐖𝐀𝐋𝐔𝐋 𝐔𝐋𝐀𝐌𝐀'
𝖎)• 𝕳𝖚𝖐𝖚𝖒 𝕸𝖆𝖐𝖆𝖓 𝕬𝖘𝖆𝖗𝖎'/𝖀𝖓𝖌𝖐𝖗𝖚𝖓𝖌/𝕻𝖚𝖙𝖍𝖚𝖑/𝕰𝖓𝖙𝖚𝖓𝖌/𝕶𝖊𝖕𝖔𝖒𝖕𝖔𝖓𝖌 𝕬𝖓𝖆𝖐 𝕷𝖊𝖇𝖆𝖍 𝕯𝖆𝖓 𝕵𝖆𝖓𝖌𝖐𝖗𝖎𝖐
❁˚ৡ✿⊱•Imam Abdurrahman Al Jaziriy berkata dalam Kitabnya Al Fiqhu 'Ala Madzahibi Al Arba'ah (juz. 2 hal. 7):
و يحرم اكل حشرات الارض صغار دوابها كعقرب و ثعبان و فارة و ضفدع و نمل و نحو ذلك
[انظر كتاب الفقه على المذاهب الأربعة : (ج ٢ ص ٧) / كتاب الحظر والإباحة / مبحث ما يمنع أكله وما يباح أو ما يحل، وما لا يحل / المؤلف: عبد الرحمن بن محمد عوض الجزيري (ت ١٣٦٠هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان، الطبعة: الثانية، ١٤٢٤ هـ - ٢٠٠٣ مـ].
Haram memakan serangga kecil (hasyarat) di darat, seperti kalajengking, ular, tikus, katak, semut, dan sejenisnya. Selesai
❁˚ৡ✿⊱•Imam Kamaluddin Ad-Damiriy Asy Syafi'iy menjelaskan secara tegas STATUS KEPOMPONG YANG HARAM UNTUK DIKONSUMSI didalam Kitabnya Hayatu Al-Hayawani Al-Kubra (juz. 1 hal. 42):
الأساريع: بفتح الهمزة ، لدود أحمر يكون في البقل ينسلخ فيصير فراشا - وقال قوم : الأساريع دود حمر الرؤوس ، بيض الأجساد ، تكون في الرمل يشبه بها أصابع النساء الحكم : يحرم أكلها لأنهامن الحشرات “
[انظر كتاب حياة الحيوان الكبرى : (ج ١ ص ٤٢) / الأروية / وحكمها / المؤلف: محمد بن موسى بن عيسى بن علي الدميري، أبو البقاء، كمال الدين الشافعي (ت ٨٠٨هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت، الطبعة: الثانية، ١٤٢٤ هـ].
Al-Asari’ (kepompong) merupakan nama bagi jenis ulat merah yang berada di tumbuh-tumbuhan yang berubah bentuk (bermetamorfosis) menjadi kupu-kupu. Sebagian kaum berpandangan bahwa al-asari’ merupakan ulat yang yang berkepala merah dan bertubuh putih ketika berada di pasir, hewan ini mirip dengan jari-jari wanita. HARAM MENGONSUMSI HEWAN INI KARENA TERMASUK GOLONGAN HEWAN HASYARAT (serangga)”. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ar Romliy Asy Syafi'iy berkata dalam Kitabnya Nihayatu Al-Muhtaj Ilaa Syarhi Al Minhaj (juz. 3 hal. 395)
(فَلَا يَصِحُّ) (بَيْعُ الْحَشَرَاتِ) وَهِيَ صِغَارُ دَوَابِّ الْأَرْضِ كَفَأْرَةٍ وَخُنْفُسَاءَ وَحَيَّةٍ وَعَقْرَبٍ وَنَمْلٍ
[انظر كتاب نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج : (ج ٣ ص ٣٩٥) / شروط المبيع / من شروط المبيع النفع / المؤلف: شمس الدين محمد بن أبي العباس أحمد بن حمزة شهاب الدين الرملي الشافعي (ت ١٠٠٤هـ) / الناشر: دار الفكر، بيروت، الطبعة: ط أخيرة - ١٤٠٤هـ/١٩٨٤مـ].
“Tidak sah menjual hewan-hewan hasyarat yakni hewan-hewan kecil yang melata di tanah seperti tikus, kumbang, ular, kalajengking dan lebah.” Selesai
HUKUM MENGONSUMSI JANGKRIK ADALAH HARAM, sebab dipandang sebagai hewan yang menjijikkan menurut orang Arab.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ad Damiriy Asy Syafi'iy menegaskan mengenai hal ini dalam kitabnya Hayatu Al-Hayawani Al-Kubra (juz. 2 hal. 86 - 87):
الصرصر – حيوان فيه شبه من الجراد ، قفاز يصيح صياحاً رقيقاً ، وأكثر صياحه بالليل ولذلك سمي صرار الليل ، وهو نوع من بنات وردان عري عن الأجنحة . وقيل : إنه الجدجد وقد تقدم أن الجوهري فسر الجدجد بصرار الليل ، ولا يعرف مكانه إلا بتتبع صوته ، وأمكنته المواضع الندية ، وألوانه مختلفة فمنه ما هو أسود ، ومنه ما هو أزرق ومنه ما هو أحمر ، وهو جندب الصحارى والفلوات وحكمه : تحريم الأكل لاستقذاره
[انظر كتاب حياة الحيوان الكبرى : (ج ٢ ص ٨٦ - ٨٧) / الصرد / الحكم / المؤلف: محمد بن موسى بن عيسى بن علي الدميري، أبو البقاء، كمال الدين الشافعي (ت ٨٠٨هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت، الطبعة: الثانية، ١٤٢٤ هـ].
“Shorshor (jangkrik) adalah hewan yang menyerupai belalang, terkadang hewan tersebut bersuara dengan suara yang lirih. Seringkali hewan ini bersuara pada saat malam hari, karena hal tersebut maka hewan ini juga disebut dengan shurrarul laili. Hewan ini merupakan bagian dari jenis bintu wardan yang tidak memiliki sayap (yang bisa terbang). Hewan ini juga disebut judjud, seperti halnya yang dijelaskan pada pembahasan yang telah lalu bahwa Syekh al-Jauhari mengartikan judjud dengan hewan jangkrik. Keberadaan jangkrik tidak akan dapat diketahui kecuali dengan meneliti dari suaranya, hewan ini menyukai tempat-tempat yang basah. Warnanya berbeda-beda, ada yang berwarna hitam, biru dan merah. Hewan ini hampir sama dengan belalang yang sering ditemukan di hutan belantara. Hukum mengonsumsi hewan ini adalah haram karena dianggap hewan yang menjijikkan.” Selesai.
Berdasarkan referensi tersebut maka dapat dipahami bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat berupa memanfaatkan kepompong sebagai salah satu jenis makanan adalah hal yang tidak dapat dibenarkan secara syara’. Sedangkan memperjual-belikan makanan kepompong ini juga merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh syara’ sebab termasuk i’anah alal maksiyat yang berarti ikut andil dalam perbuatan maksiat (dalam hal ini adalah mengonsumsi kepompong).
MENGENAI HUKUM MENGONSUMSI LEBAH DEWASA, Imam Ibnu Rusyd Al Malikiy dalam kitab kitabnya Bidâyatul Mujtahid (juz. III, hal. 20):
وَحَكَى أَبُو حَامِدٍ عَنِ الشَّافِعِيِّ أَنَّهُ يُحَرِّمُ لَحْمَ الْحَيَوَانِ الْمَنْهِيِّ عَنْ قَتْلِهِ، قَالَ: كَالْخُطَّافِ وَالنَّحْلِ،
[انظر كتاب بداية المجتهد ونهاية المقتصد :(ج ٣ ص ٢٠) /
المؤلف: أبو الوليد محمد بن أحمد بن محمد بن أحمد بن رشد القرطبي الشهير بابن رشد الحفيد المالكي (ت ٥٩٥هـ) / الناشر: دار الحديث - القاهرة، الطبعة: بدون طبعة، تاريخ النشر: ١٤٢٥هـ - ٢٠٠٤ مـ].
“Imam Abu Hamid (al-Ghazali) dari madzhab Syafi’iy menceritakan bahwasanya diharamkan memakan daging hewan yang dilarang dibunuh, ia berkata: seperti … lebah.” Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantaniy Al Jawiy Al Indonisiy Asy Syafi'iy berkata dalam kitabnya Syarhu Sullam Al Munnajat (Surabaya: Al-Hidayah, tt), hal. 7):
فرع – ما كانت فى بيت العسل أخياف فابتـداؤها بيض النحـل ثم صارت دودا مع الروح ثم ماتت ثم صارت نحلا تطير فهى فى الطور الأول حلال وفى الطور الذى بعـده حرام كما قـرره بعضـهم.
[انظر ﻛﺘﺎﺏ ﺷﺮﺡ ﺳﻠﻢ ﺍﻟﻤﻨﺎﺟﺎﺓ : (ص ٧) / المؤلف : محمد ﻧﻮﻭﻱ بن عمر ﺍﻟﺠﺎﻭﻱ البنتني الاندونيسي الشافعي / شركة : الهداية - سورابايا، بدون السنة].
”{Cabangan Masalah} Apa yang terdapat di dalam sarang lebah, maka awalnya ia adalah telur, kemudian menjadi ulat, kemudian mati dan menjadi lebah yang bias terbang. Pada bentuknya yang awal ia halal, dan pada bentuk yang selanjutnya ia haram sebagaimana telah ditetapkan oleh sebagian ulama.” Selesai.
NAMUN DEMIKIAN, HALALNYA ENTHUNG LEBAH TERSEBUT ADALAH JIKA SUSAH DIPISAHKAN DARI MADU DAN TIDAK DIMAKAN SENDIRIAN, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ahmad Salamah al-Qulyubi Asy Syafi'iy dalam kitabnya Hasyiyata Qulyubiy Wa 'Umairah (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), juz IV, hal. 242):
(وَكَذَا الدُّودُ الْمُتَوَلِّدُ مِنْ طَعَامٍ كَخَلٍّ وَفَاكِهَةٍ إذَا أَكَلَ مَعَهُ) مَيْتًا يَحِلُّ (فِي الْأَصَحِّ) لِعُسْرِ تَمْيِيزِهِ بِخِلَافِ أَكْلِهِ مُنْفَرِدًا فَيَحْرُمُ.
[انظر كتاب حاشيتا قليوبي وعميرة :(ج ٤ ص ٢٤٢) / كتاب الصيد والذبائح / شروط الذابح والعاقر والصائد / المؤلف: أحمد سلامة القليوبي وأحمد البرلسي عميرة / الناشر: دار الفكر - بيروت، بدون السنة].
“Demikian pula dengan ulat yang lahir dari makanan seperti cuka atau buah-buahan, jika ia dimakan berbarengan dengan makanan tersebut dalam kondisi mati, maka hukumnya halal menurut qaul ashah karena sulit untuk membedakannya, berbeda hukumnya jika dimakan terpisah، maka haram dimakan.” Selesai.
Dari ta’bir-ta’bir yang ada bisa disimpulkan bahwasanya haram hukumnya memakan lebah yang sudah dewasa, SEDANGKAN MEMAKAN ENTHUNG LEBAH HUKUMNYA HALAL JIKA TERMAKAN BERSAMAAN DENGAN MEMAKAN MADU ATAU SARANG MADU, dan jika dimakan terpisah maka hukumnya haram.
𝖎𝖎)• 𝕳𝖚𝖐𝖚𝖒 𝕸𝖊𝖒𝖆𝖐𝖆𝖓 𝖀𝖑𝖆𝖙 𝕯𝖆𝖑𝖆𝖒 𝕸𝖆𝖐𝖆𝖓𝖆𝖓
ULAT POHON JATI BERBEDA DENGAN ULAT DALAM MAKANAN yang seringkali dibahas oleh para ulama. Karena ulat yang dimaksud oleh mereka adalah ulat dari makanan yang busuk.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Manshur Al Buhuthiy Al Hanbaliy menginformasikan Ketika Imam Ahmad mendapati sayuran yang terdapat ulat di dalamnya. Ia berkata dalam Kitabnya Syarhu Muntaha Al Irodat = Daqo'iq Uli An Nuha Lisyarhi Al Muntaha (juz. 3 hal. 409):
وَقَالَ أَحْمَدُ فِي الْبَاقِلَاءِ الْمُدَوِّدَةِ تَجَنُّبُهُ أَحَبُّ إلَيَّ وَإِنْ لَمْ يَتَقَذَّرْهُ فَأَرْجُو ،
[انظر كتاب شرح منتهى الإرادات = دقائق أولي النهى لشرح المنتهى : (ج ٣ ص ٤٠٩) / كتاب الأطعمة / المؤلف: منصور بن يونس بن بن إدريس البهوتى الحنبلي (ت ١٠٥١ هـ) / الناشر: عالم الكتب، بيروت (وله طبعة مختلفة عن عالم الكتب بالرياض؛ فلْيُنتبه)، الطبعة: الأولى، ١٤١٤ هـ - ١٩٩٣ مـ].
Imam Ahmad berkata ketika menjumpai sayuran yang ber-ulat lembut :
“Menjauhi sayuran semacam itu lebih aku sukai. Namun jika tidak sampai mengotori (menjijikkan), maka aku pun mau.” Selesai.
Imam Ahmad menganggap tidak mengapa jika kita menyelidik-nyelidik kurma yang terdapat ulat.
Terdapat contoh dari Rasulillah -ﷺ- yang diriwayatkan sebagai berikut:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ جَبَلَةَ حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ أَبُو قُتَيْبَةَ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ :
«أُتِيَ النَّبِيُّ -ﷺ- بِتَمْرٍ عَتِيقٍ فَجَعَلَ يُفَتِّشُهُ يُخْرِجُ السُّوسَ مِنْهُ».
[رواه ابو داود واللفظ له / ٢٦ - كتاب الأطعمة باب في تفتيش التمر المسوس عند الأكل / رقم الحديث: ٣٨٣٢. وابن ماجه].
Dari Anas bin Malik radliyAllohu 'anhu, beliau berkata :
Bahwa Nabi -ﷺ- diberi kurma yang sudah agak lama (membusuk), lalu beliau mengorek-ngorek kurma tersebut. Lantas beliau mengeluarkan ulat dari kurma itu.
[HR. Abu Daud no. 3832 dan Ibnu Majah no. 3333. Al Hafizh Abu Thohir Mengatakan: BAHWA SANAD HADITS INI HASAN].
Sehingga menyamakan ulat jati dengan ulat yang disebut di atas tidaklah tepat.
𝖎𝖎𝖎)• 𝕳𝖚𝖐𝖚𝖒 𝕸𝖊𝖒𝖆𝖐𝖆𝖓 𝕭𝖊𝖑𝖆𝖑𝖆𝖓𝖌
Belalang merupakan salah satu hewan yang diberi kekhususan hukum oleh syariat tentang kehalalannya untuk dikonsumsi, meskipun telah menjadi bangkai. Hal ini seperti yang ditegaskan dalam hadits:
أَخْبَرَنَاهُ أَبُو جَعْفَرٍ كَامِلُ بْنُ أَحْمَدَ الْمُسْتَمْلِيُّ وَأَبُو نَصْرِ بْنُ قَتَادَةَ قَالَا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ أَيُّوبَ الصِّبْغِيُّ أنا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ زِيَادٍ الْبُسْرِيُّ، ثنا ابْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، وَأُسَامَةُ، وَعَبْدُ اللهِ، بَنُو زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِمْ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ -ﷺ-، قَالَ:
«أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ فَالْجَرَادُ وَالْحُوتُ وَأَمَّا الدَّمَانِ فَالطِّحَالُ وَالْكَبِدُ».
[رواه البيهقي في الكبرى / كتاب الطهارة / باب الحوت يموت في الماء والجراد / رقم الحديث: ١١٩٧].
Dari Abdullah bin 'Amr radliyyAllahu 'anhu: Sesungguhnya Rasulallah -ﷺ- pernah bersabda:
“Dihalalkan bagi kalian dua bangkai dan dua darah, dua bangkai yaitu bangkai belalang dan ikan, sedangkan dua darah yaitu limpa dan hati.”
[HR. Baihaqiy No. 1197].
Bahkan dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah -ﷺ- dan Para Sahabat menjalani tujuh kali peperangan dengan berbekal mengonsumsi belalang. Hal ini seperti hadits:
حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ :
غَزَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأْكُلُ الْجَرَادَ
[رواه مسلم / ٣٤ - كتاب الصيد والذبائح وما يؤكل من الحيوان / ٨ - باب: إباحة الجراد / رقم الحديث: ١٩٥٢].
Dari Abdullah bin Abi Aufa radliyyAllahu 'anhu beliau berkata:
“Kami Berperang bersama Rasulullah -ﷺ- dalam tujuh peperangan dengan mengonsumsi belalang.”
[HR. Muslim No. 1958].
Berdasarkan dalil yang begitu jelas diatas, maka tidak diragukan lagi bahwa belalang merupakan hewan yang halal untuk dikonsumsi
Jenis belalang bervariasi, ada yang memiliki tubuh yang cukup besar, ada yang berukuran kecil, dan ada pula yang berukuran sedang. Warnanya pun juga bermacam-macam mulai dari warna coklat, hijau, kuning, atau lainnya. Berbagai jenis belalang ini juga dijelaskan oleh Syaikh Kamaluddin Ad-Damiriy Asy Syafi'iy, dalam kitabnya Hayatu Al-Hayawani Al-Kubra (juz I, hal. 268):
والجراد أصناف مختلفة : فبعضه كبير الجثة ، وبعضه صغيرها ، وبعضه أحمر وبعضه أصفر وبعضه أبيض
[انظر كتاب حياة الحيوان الكبرى : (ج ١ ص ٢٦٨) / باب الجيم / الجراد / المؤلف: محمد بن موسى بن عيسى بن علي الدميري، أبو البقاء، كمال الدين الشافعي (ت ٨٠٨هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت، الطبعة: الثانية، ١٤٢٤ هـ].
“Belalang ada beberapa jenis, sebagian memiliki tubuh yang besar, sebagian yang lain memiliki tubuh yang kecil. Sebagian berwarna merah, sebagian berwarna kuning, sebagian berwarna putih.” Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ad Damiriy Asy Syafi'iy Masih dalam kitabnya Hayatu Al-Hayawani Al-Kubra (juz I, hal. 272) menjelaskan :
أجمع المسلمون على إباحة أكله
[انظر كتاب حياة الحيوان الكبرى : (ج ١ ص ٢٧٢) / الجراد / الحكم / المؤلف: محمد بن موسى بن عيسى بن علي الدميري، أبو البقاء، كمال الدين الشافعي (ت ٨٠٨هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت، الطبعة: الثانية، ١٤٢٤ هـ].
“Umat Muslim sepakat atas kehalalan mengonsumsi belalang.”Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Syaikh Sayyid Abu Bakr bin Muhammad Syatho Ad Dimyathiy Asy Syafi'iy menegaskan dalam kitabnya I’anatu Ath-Thalibin Syarhu Fathu Al Mu'in (juz II, hal. 402):
قوله ويحل أكل ميتة الجراد أي للحديث المار والجراد مشتق من الجرد وهو بري وبحري وبعضه أصفر وبعضه أبيض وبعضه أحمر وله يدان في صدره وقائمتان في وسطه ورجلان في مؤخره
[انظر كتاب إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين : (ج ٢ ص ٤٠٢) / باب الحج / المؤلف: أبو بكر (المشهور بالبكري) عثمان بن محمد شطا الدمياطي الشافعي (ت ١٣١٠هـ) / الناشر: دار الفكر للطباعة والنشر والتوريع، الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ - ١٩٩٧ مـ].
“Halal mengonsumsi bangkai belalang berdasarkan hadits yang telah dijelaskan. Belalang adalah hewan darat dan laut, sebagian berwarna kuning, putih dan merah. Ia memiliki dua tangan pada dadanya, dua penegak bagian tubuh yang tengah dan memiliki dua kaki pada bagian belakang tubuhnya.” Selesai.
✯͜͡❂⊱•أَلحَمْدُ لِلّـهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتُمُّ الصّالِحَاتُ✯͜͡❂⊱•
•._.••´¯``•.¸¸.•` 🎀 ӄʀǟɖɛռǟռ ֆɛʟǟȶǟռ
ֆʀʊʍɮʊռɢ
ʍǟɢɛʟǟռɢ
🎀 `•.¸¸.•``¯´••._.•
٢٥ جمادى الأولى ١٤٤٦ هـ
27 𝕹𝖔𝖛𝖊𝖒𝖇𝖊𝖗 2024 𝕸


