(edisi pokoknya kuota zaman pandemi covid - 19 th. 2020 m, dalam komunikasi, dan belajar mengajar secara online)
*📚📡• وجاء في كتاب " الفقه الإسلامي وأٓدلته " للشيخ الدكتور وهبة بن مصطفى الزٌحيلي حفظه الله تعالى :*
تحريم الغصب: ثبت تحريم الغصب في القرآن والإجماع. أما القرآن: فقول الله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا لا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل، إلا أن تكون تجارة عن تراض منكم} [النساء: ٠٠٤/ ٢٩] ...
الغصب لغة: أخذ الشيء ظلماً، أو قهراً جهاراً.
عند الحنفية: الغصب هو أخذ مال متقوم محترم بغير إذن المالك، على وجه يزيل يده.
وَعَرَّفَ الشَّافِعِيَّةُ وَاْلحَنَابِلَةُ الْغَصْبَ بِأَنَّهُ : الْاِسْتِيْلَاءُ عَلَى حَقِّ الْغَيْرِ (مِنْ مَالٍ أَوْ اِخْتِصَاصٍ) عُدْوَانًا، أَيْ عَلَى وَجْهِ التَّعَدِّيْ أَوْ الْقَهْرِ بِغَيْرِ حَقٍّ .
وَهٰذَا التَّعْرِيْفِ يَشْمُلُ أَخْذَ الْأَمْوَالِ الْمُتَقَوَّمَةِ وَالْمَنَافِعِ وَسَائِرِ الْاِخْتِصَاصَاتِ كَحَقِّ التَّحَجُّرِ (أَيْ إِحْيَاءِ الْأَرْضِ الْمَوَاتِ بِوَضْعِ الْأَحْجَارِ عَلَى حُدُوْدِهَا)، وَالْأَمْوَالِ غَيْرِ الْمُتَقَوَّمَةِ كَخَمْرِ الذِّمِّيِّ، وَمَا لَيْسَ بِمَالٍ، كَالْكَلْبِ وَالسِّرْجِيْنِ وَجِلْدِ الْمَيْتَةِ .
{انظر كتاب الفقه الإسلامي وأٓدلته : ج ٦ ص ٤٧٨٦ و ٤٧٩٠ / القسم الرابع: الملكية وتوابعها / الباب الثاني: توابع الملكية / الفصل السابع: الغصب والإتلاف / المبحث الأول ـ الغصب وأحكامه / المطلب الأول ـ تحريم الغصب، وتعريفه، وأثر اختلاف الفقهاء في ضابطه / ثانيا ـ تعريف الغصب / ٣ - وعرف الشافعية والحنابلة / للشيخ الدكتور وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ، أستاذ ورئيس قسم الفقه الإسلاميّ وأصوله بجامعة دمشق - كلّيَّة الشَّريعة الناشر: دار الفكر - سوريَّة - دمشق الطبعة: الرَّابعة - بدون السنة}.
*🌴🎙️• Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adilatuh " berkata :*
Keharaman Ghasab (menggunakan hak milik orang lain tanpa izin) sudah ditetapkan di dalam al-quran dan al-ijma' (kesepakatan ulama'). Adapun al- qur'an firman Allah Ta'ala :
Hai orang - orang yang beriman dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu ... (QS. An Nisaa' : 004/ 29) ...
Menurut ‘ulama Hanafiyyah, gasab adalah mengambil sesuatu dengan cara menganiaya (semena-mena), atau qohran (mamaksa, menundukkan, dan mengalahkan) secara terang-terangan.
Sedangkan menurut ‘ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah, bahwa gasab adalah menguasai hak milik orang lain secara memusuhi, artian mengambilnya dengan cara menganiaya atau menyerang untuk menguasai barang yang dimiliki orang lain.
Kalangan madzhab syafi’i dan Hambali mendefinisikan Ghasab adalah : penguasaan atas hak orang lain baik berupa harta atau ikhtishos secara aniaya atau dengan cara pemaksaan.
Definisi ini mencakup pengambilan harta harta-harta berharga, kemanfaatan dan ikhtishoh yang lain, juga mencakup terhadap harta yang tidak berharga seperti khomr milik kafir dzimmi, juga mencakup hal yang bukan harta, seperti anjing, syirjin, dan kulit bangkai.
{Lihat Kitab Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adilatuh : juz 6 hal 4786 & 4790 / Al Qasmu Ar Rabi'u : Al Milkiyyah Wa Tawabi'uha / Al Fashlu As Sabi'u : Al Ghashbu Wa Al Itlaafu / Al Mab'atsu Al Awwalu - Al Ghashbu Wa Ahkamuha / Al Mathlabu Al Awwalu - Tahriimu Al Ghashbi Wa Ta'rifuhu, Wa Atsaru Al Fuqaha'i Fi Dlobithihi / Tsaniyan - Ta'rifu Al Ghashbi / 3 - Wa 'Arrafa Asy Syafi'iyyatu Wa Al Hanabilatu / Karya Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy / Dar Al Fikri - Suriah - Damasyqus - Tnp. Tahun}.
*💾✍️• Imam At-Thabariy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya (Jami’ul Bayan Fi tafsir Al-Qur’an Lith-thobari) menjelaskan :*
{ لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالكُمْ بَيْنكُمْ بِالْبَاطِلِ } يَقُول :
لَا يَأْكُل بَعْضكُمْ أَمْوَال بَعْض بِمَا حَرَّمَ عَلَيْهِ مِنْ الرِّبَا وَالْقِمَار , وَغَيْر ذَلِكَ مِنْ الْأُمُور الَّتِي نَهَاكُمْ اللَّه عَنْهَا
{انظر كتاب جامع البيان في تأويل القرآن : ج ٨ ص ٢١٦ / النساء : ٢٩ / للإمام محمد بن جرير بن يزيد بن كثير بن غالب الآملي، أبو جعفر الطبري (المتوفى: ٣١٠ هـ) / الناشر: مؤسسة الرسالة الطبعة: الأولى، ١٤٢٠ هـ = ٢٠٠٠ مـ}.
Bahwa maksud kata memakan dengan batil dari ayat tersebut adalah : janganlah sebagian dari kalian memakan harta sebagian kalian yang lain dengan sesuatu yang diharamkan atasnya yang terdiri riba, perjudian, dan selain keduanya dari memakan beberapa perkara yang Allah telah melarang daripadanya.
{Lihat Kitab Jami'u Al Bayan Fi Ta'wili Al Qur'an : juz 8 hal 216 / An Nisaa' : 29 / Karya Imam Ibnu Jarir At Thabariy / Mu'assasah Ar Risalah, Cet. Pertama, Th. 1420 H = 2000 M}.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ghasab (menggunakan milik orang lain tanpa izin) berdasarkan ayat tersebut hukumnya haram dan sangat dilarang oleh Allah. Entah ghasab pakaian, sandal, bantal, gayung, payung, dan barang-barang yang lain, hukumnya sama-sama tidak boleh. Bahkan berdasarkan ayat tersebut ketika dilihat dari kaca mata ushul fiqh maka ada 2 (dua) hal yang dapat kita simpulkan. Pertama, larangan (nahyi) tersebut menunjukkan keharaman dari pekerjaan ghasab. Kedua, larangan tersebut mewajibkan kita untuk menjahui perkara ghasab.
*💾✍️• Dalam Penjelasan Riwayat Hadits Dan Syarahnya*
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ ، ح وحَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدِّمَشْقِيُّ ، حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ إِسْحَاقَ ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– ، يَقُولُ :
*_« لَا يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لَاعِبًا ، وَلَا جَادًّا »_*
وَقَالَ سُلَيْمَانُ : لَعِبًا وَلَا جِدًّا وَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا لَمْ يَقُلْ ابْنُ بَشَّارٍ : ابْنَ يَزِيدَ وَقَالَ : قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ –ﷺ💞–.
{رواه ابو داود / كِتَاب الْأَدَبِ / بَابُ مَنْ يَأْخُذُ الشَّيْءَ عَلَى الْمِزَاحِ / حديث رقم : ٤٤١٣}.
Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Basysyar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Yahya. Dari Ibnu Abu Dzi`b. - (dalam jalur lain disebutkan)- Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman bin 'Abdurrahman Ad Dimasyqi, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Syu'aib bin Ishaq. Dari Ibnu Abu Dzi`b. Dari 'Abdullah bin As Saib bin Yazid. Dari Bapaknya. Dari Kakeknya : Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:
*_"Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik untuk bercanda atau sungguhan."_*
Sulaiman berkata, *"untuk bercanda atau sungguhan. Maka barangsiapa mengambil tongkat milik saudaranya hendaklah ia kembalikan."*
Ibnu Basysyar tidak mengatakan 'Ibnu Yazid', dan ia berkata dalam riwayatnya (dengan kalimat); Rasulullah –ﷺ💞–.
{HR. Abu Dawud / Kitabu Al Adabi / Babu Man Ya'khudzu Asy Syai'a 'Ala Al Mizahi / No. 4413}.
*🌴✍️• Hadits Yang Senada :*
حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ االلّٰهِ –ﷺ💞– :
*_« لَا يَأْخُذْ أَحَدُكُمْ عَصَا أَخِيهِ لَاعِبًا أَوْ جَادًّا ، فَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا إِلَيْهِ »_*
وَفِي البَابِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ ، وَسُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدَ ، وَجَعْدَةَ ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ وَالسَّائِبُ بْنُ يَزِيدَ لَهُ صُحْبَةٌ قَدْ سَمِعَ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَادِيثَ وَهُوَ غُلَامٌ ، وَقُبِضَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– وَهُوَ ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَوَالِدُهُ يَزِيدُ بْنُ سَعِيدٍ لَهُ أَحَادِيثُ هُوَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ
–ﷺ💞– ، وَقَدْ رَوَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَالسَّائِبُ بْنُ يَزِيدَ هُوَ ابْنُ أُخْتِ نَمِرٍ
{رواه الترمذي / أبواب الفتن / باب ما جاء لا يحل لمسلم أن يروع مسلما / حديث رقم : ٢١٨٠}.
Telah menceritakan kepada kami : Bundar. Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Sa'id. Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Abu Dzi'b. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin As Saib bin Yazid. Dari Bapaknya. Dari Kakeknya, beliau berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:
*_"Janganlah salah seorang dari kalian mengambil tombak saudaranya baik dengan bermaksud main-main ataupun sungguh-sungguh. Maka siapa yang mengambil tombak saudaranya, hendaklah ia mengembalikan tombak itu padanya."_*
Abu Isa (At Tirmidzi) berkata; Hadits semakna juga diriwayatkan dari Ibnu Umar, Sulaiman bin Shurad, Jad'ah, dan Abu Hurairah. Dan hadits ini adalah *HASAN GHARIB,* kami tidak mengetahuinya kecuali dari haditsnya Ibnu Abu Dzi`b dan As Sa`ib bin, ia memliki shuhbah (bermulazamah dengan Nabi) dan ia telah mendengar dari Nabi–ﷺ💞– sejumlah hadits saat ia masih anak kecil. Ketika Nabi–ﷺ💞– wafat, ia baru berumur tujuh tahun. Sedangkan bapaknya Yazid bin As Sa`ib, juga memiliki hadits-hadits, dan ia juga termasuk sahabat Rasulullah –ﷺ💞–. Ia telah meriwayatkan pula dari Nabi –ﷺ💞–. As Sa`ib bin Yazid adalah anak dari saudara perempuannya Namir.
{HR. Tirmidzi / Abwabu Al Fitani / Babu Ma
Yahillu Limuslimin An Yaru'a Musliman / No. 2180}.
*📒🌴• Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala :*
فإن كان المغصوب باقيا لزمه رده، لما روى عبد الله بن السائب ابن يزيد عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞– قَالَ :
" لا يأخذ أحدكم متاع أخيه لاعبا أو جادا، فإذا أخذ أحدكم عصا أخيه فليردها "
فان اختلفت قيمته من حين الغصب إلى حين الرد لم يلزمه ضمان ما نقص من قيمته وقال أبو ثور من أصحابنا: يضمن كما يضمن زيادة العين، وهذا خطأ، لان الغاصب يضمن ما غصب.
{انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ١٤ ص ٢٢٧ / كتاب الغصب / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) الناشر: دار الفكر - بدون السنة}.
Apabila masih tersisa maka wajib baginya mengembalikannya, berdasarkan hadits yang telah diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Sa'ib bin Yazid, dari Ayahnya, dari Kakeknya : Sesungguhnya Nabi –ﷺ💞– pernah bersabda :
*_"Janganlah diantara kalian mengambil barang milik saudaranya, baik secara main-main atau sungguh-sungguh. Apabila salah satu dari kalian mengambil tongkat milik saudaranya maka hendaklah ia mengembalikannya."_*
Apabila berbeda harganya dari saat menghashab sampai pada saat mengembalikan, maka tanggungan sesuatu dari harganya tidak wajib baginya. Abu Tsur dari sahabat kami berkata : ia tetap menanggungnya seperti tanggungan ketika bertambah keadaannya, dan ini tidak benar, karena orang yang menggashab hanya menanggung sebesar apa yang telah ia ghashab.
{Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzzab : juz 14 hal 227 / Kitabu Al Ghashbi / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun}.
*📒🎙️• Dan disebutkan Dalam Kitab Fathu Al Qorib Al Mujib Karya Syaikh :*
( ﻓَﺼْﻞٌ ﻓِﻲْ ﺃَﺣْﻜَﺎﻡِ ﺍﻟْﻐَﺼْﺐِ )
ﻭَﻫُﻮَ ﻟُﻐَﺔً ﺃَﺧْﺬُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺊِ ﻇُﻠْﻤًﺎ ﻣُﺠَﺎﻫَﺮَﺓً
ﻭَﺷَﺮْﻋًﺎ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻴْﻠَﺎﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﺣَﻖِّ ﺍﻟْﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺪْﻭَﺍﻧًﺎ
ﻭَﻳُﺮْﺟَﻊُ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻴْﻠَﺎﺀِ ﻟِﻠْﻌُﺮْﻑِ
ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﻓِﻲْ ﺣَﻖِّ ﺍﻟْﻐَﻴْﺮِ ﻣَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﻏَﺼْﺒُﻪُ ﻣِﻤَّﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﻤَﺎﻝٍ ﻛَﺠِﻠْﺪِ ﻣَﻴْﺘَﺔٍ
ﻭَﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻌُﺪْﻭَﺍﻧًﺎ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻴْﻠَﺎﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎﻝِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺮِ ﺑِﻌَﻘْﺪٍ
( ﻭَﻣَﻦْ ﻏَﺼَﺐَ ﻣَﺎﻟًﺎ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺭَﺩُّﻩُ ) ﻟِﻤَﺎﻟِﻜِﻪِ ﻭَﻟَﻮْ ﻏَﺮِﻡَ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺩِّﻩِ ﺃَﺿْﻌَﺎﻑَ ﻗِﻴْﻤَﺘِﻪِ
( ﻭَ ) ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ( ﺃُﺭْﺵُ ﻧَﻘْﺼِﻪِ ) ﺇِﻥْ ﻧَﻘَﺺَ ﻛَﻤَﻦْ ﻏَﺼَﺐَ ﺛَﻮْﺑًﺎ ﻓَﻠَﺒِﺴَﻪُ ﺃَﻭْ ﻧَﻘَﺺَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻟَﺒْﺲٍ
( ﻭَ ) ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ( ﺃُﺟْﺮَﺓُ ﻣِﺜْﻠِﻪِ )
ﺃَﻣَّﺎ ﻟَﻮْ ﻧَﻘَﺺَ ﺍﻟْﻤَﻐْﺼُﻮْﺏُ ﺑِﺮُﺧَﺺِ ﺳِﻌْﺮِﻩِ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻀْﻤَﻨُﻪُ ﺍﻟْﻐَﺎﺻِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴْﺢِ
ﻭَﻓِﻲْ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟﻨُّﺴَﺦِ ﻭَﻣَﻦْ ﻏَﺼَﺐَ ﻣَﺎﻝَ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﺃًﺟْﺒِﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺩِّﻩِ .
( ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﻠِﻒَ ) ﺍﻟْﻤَﻐْﺼُﻮْﺏُ ( ﺿَﻤِﻨَﻪُ ) ﺍﻟْﻐَﺎﺻِﺐُ ( ﺑِﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟْﻤَﻐْﺼُﻮْﺏِ ( ﻣِﺜْﻞٌ )
ﻭَﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻤِﺜْﻞَ ﻣَﺎ ﺣَﺼَﺮَﻩُ ﻛَﻴْﻞٌ ﺃَﻭْ ﻭَﺯْﻥٌ ﻭَﺟَﺎﺯَ ﺍﻟﺴَّﻠَﻢُ ﻓِﻴْﻪِ ﻛَﻨُﺤَﺎﺱٍ ﻭَﻗُﻄْﻦٍ ﻟَﺎ ﻏَﺎﻟِﻴَﺔٍ ﻭَﻣَﻌْﺠُﻮْﻥٍ
ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒُ ﺿَﻤَﺎﻥَ ﺍﻟْﻤُﺘَﻘَﻮَّﻡِ ﻓِﻲْ ﻗَﻮْﻟِﻪِ
( ﺃَﻭْ ) ﺿَﻤِﻨَﻪُ ( ﺑِﻘِﻴْﻤَﺘِﻪِ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻣِﺜْﻞٌ ) ﺑِﺄَﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺘَﻘَﻮَّﻣًﺎ ﻭَﺍﺧْﺘَﻠَﻔَﺖْ ﻗِﻴْﻤَﺘُﻪُ ( ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻐَﺼْﺐِ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺘَّﻠَﻒِ )
ﻭَﺍﻟْﻌِﺒْﺮَﺓُ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﻘِﻴْﻤَﺔِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻘْﺪِ ﺍﻟْﻐَﺎﻟِﺐِ
ﻓَﺈِﻥْ ﻏَﻠَﺐَ ﻧَﻘْﺪَﺍﻥِ ﻭَﺗَﺴَﺎﻭَﻳَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻌِﻲُّ ﻋَﻴَّﻦَ ﺍﻟْﻘَﺎﺿِﻲُّ ﻭَﺍﺣِﺪًﺍ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ
{انظر كتاب فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار (ويعرف بشرح ابن قاسم على متن أبي شجاع) : ص ١٨٩ - ١٩٠ / كتاب أحكام البيوع وغيرها من المعاملات كقراض وشركة / الغصب / للشيخ محمد بن قاسم بن محمد بن محمد، أبو عبد الله، شمس الدين الغزي، ويعرف بابن قاسم وبابن الغرابيلي (المتوفى: ٩١٨ هـ) / الناشر : دار ابن حزم - بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤٢٥ هـ = ٢٠٠٥ مـ}.
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum ghasab.
(Definisi Ghashab) : Ghasab secara bahasa adalah mengambil sesuatu secara dhalim dengan cara terang-terangan.
Dan secara syara’ adalah menguasai hak orang lain dengan cara dhalim.
Ukuran menguasai dikembalikan pada ‘urf (pengertian secara umum).
Termasuk hak orang lain adalah sesuatu yang sah untuk dighasab yang berupa barang-barang selain harta seperti kulit bangkai.
Dengan bahasa “secara dhalim” mengecualikan menguasai harta orang lain dengan cara akad.
(Konskwensi Ghashab) :
Barang siapa mengghasab harta seseorang, maka wajib baginya untuk mengembalikan pada pemiliknya, walaupun dalam pengembalian tersebut ia harus menanggung berlipat-lipat dari harga barang tersebut.
Dan ia juga wajib mengganti rugi kekurangan barang tersebut jika memang terjadi kekurangan seperti orang yang mengghasab pakaian kemudian ia pakai, atau menjadi kurang tanpa ada pemakaian.
Dan juga wajib membayar ongkos standar dari penyewaan harta yang ia ghasab.
Sedangkan seandainya nilai barang yang dighasab menjadi kurang sebab turunnya harga di pasaran, maka orang yang mengghasab tidak wajib menggantinya menurut pendapat ash shahih.
Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “barang siapa mengghasab harta seseorang, maka ia dipaksa untuk mengembalikannya”.
Barang Ghasaban Yang Rusak Jika barang yang dighasab rusak, maka orang yang mengghasab harus mengganti dengan barang sesamanya jika memang barang yang dighasab tersebut memiliki sesamanya (mitsli).
Menurut pendapat ashah sesungguhnya yang dikehendaki dengan mitsli adalah setiap barang yang diukur dengan takaran atau timbangan dan boleh untuk diakadi salam seperti perunggu dan kapas, bukan minyak ghaliyah dan minyak ma’jun.
Mushannif (pengarang) menjelaskan tentang ganti rugi barang yang memiliki harga di dalam perkataan beliau,
Atau orang yang mengghasab harus mengganti sesuai harga barang yang dighasab jika memang barang tersebut tidak memiliki sesamanya, dengan artian barang itu adalah barang yang memiliki harga dan berbeda-beda harganya, dengan ganti rugi harga yang tertinggi sejak hari pertama mengghasab hingga hari di mana barang tersebut rusak.
Yang dipertimbangkan dalam ukuran harga adalah mata uang yang paling terlaku.
Jika ada dua mata uang yang sama-sama terlakunya, imam ar Rafi’i berkata, maka seorang qadli harus menentukan salah satu dari keduanya.
{Lihat Kitab Fathu Al Qarib Al Mujib Fi Syarhi Alfadzi At Taqrib = Al Qaul Al Mukhtar Fi Syarhi Ghayati Al Ikhtishar : hal 189 - 190 / Kitabu Ahkami Al Buyu' Wa Ghairiha Min Al Mu'ammalati Kaqiradlin Wa Syirkatin / Al Ghashbu / Karya Syaikh Muhammad bin Qasim Syamsuddin Al Ghaziy Asy Syafi'iy / Dar Ibnu Hazm - Beirut Libanon , Cet.Pertama, Th. 1425 H = 2005 M}.
WAJIB MEMINTA HALALNYA KEPADA PEMILIK WI-FI
Meminta kerelaan pemilik wifi (istihlal) jika pemiliknya tidak berkenan maka pemakai harus mengganti rugi
*🌴📡• Syaikh Sayyid 'Abdurrahman Al Masyhur Ba'alawiy Al Hadlramiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabhya " Bughyatu Al Mustarsyidin " berkata :*
(مسألة): غَصَبَ مَالاً مِنْ دَارِ مَالِكِهِ وَبَاعَهُ عَلَى جَمَاعَةٍ مُعَيَّنِيْنَ، وَجَبَ عَلَى كُلِّ مَنْ وَقَعَتْ يَدُهُ عَلَى شَيْءٍْ مِنْ ذَلِكَ ضَمَانُهُ وَرَدُّهُ إِلَى مَالِكِهِ إِنْ بَقِيَ وَبَدَلُهْ إِنْ تَلِفَ،
{انظر كتاب ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﻣﻊ ﺿﻢ ﻓﻮﺍﺋﺪ ﺟﻤﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ ﺷﺘﻰ ﻟﻠﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ : ص ١٤٩ /
ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ : ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍلشيخ السيد ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﺑﺎ ﻋﻠﻮﻱ
ﻣﻔﺘﻰ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺍﻟﺤﻀﺮﻣﻴﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻔﻊ ﺑﻌﻠﻮﻣﻪ ﺁﻣﻴﻦ
/ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﺸﺮ : ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ - بدون السنة}.
(Masalah) : Mengghashab harta dari rumah pemiliknya dan menjualnya kepada jama'ahnya yang tertentu, maka wajib bagi setiap orang yang tangannya ikut mengambil manfaat sesuatu dari hal tersebut, wajib mengganti sesuai harganya dan mengembalikan kepada pemiliknya apabila tersisa dan menggantinya apabila sampai rusak.
{Lihat Kitab Bughyatu Al Mustarsyidin : hal 149 / Karya Al 'Alamah Syaikh Sayyid 'Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin 'Umar Al Masyhur Ba'alawiy Mufti Diyar Al Hadlromiyyah / Dar Al Fikri - Tanpa Tahun}.
*💾📡• Dan Syaikh Sayyid 'Abdurrahman Al Masyhur Ba'alawiy Al Hadlramiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabhya " Bughyatu Al Mustarsyidin " berkata lagi :*
لِلتَّوْبَةِ ثَلَاثَةُ شُرُوْطٍ: النَّدَمُ عَلَى الْفِعْلِ، وَالْإِقْلَاعُ فِيْ اْلحَالِ، وَالْعَزْمُ عَلَى عَدَمِ الْعَوْدِ، وَيَزِيْدُ حَقُّ الْعِبَادِ بِرَدِّ الْمَظَالِمِ إِلَيْهِمْ، فَيَلْزَمُهُ تَمْكِيْنُ الْمُسْتَحِقُّ مِنَ الْعُقُوْبَةِ أَوْ اِسْتِحْلَالُهُ
{انظر كتاب ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﻣﻊ ﺿﻢ ﻓﻮﺍﺋﺪ ﺟﻤﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ ﺷﺘﻰ ﻟﻠﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ : ص ٢٨٢ /
ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ : ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍلشيخ السيد ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﺑﺎ ﻋﻠﻮﻱ
ﻣﻔﺘﻰ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺍﻟﺤﻀﺮﻣﻴﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻔﻊ ﺑﻌﻠﻮﻣﻪ ﺁﻣﻴﻦ
/ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﺸﺮ : ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ - بدون السنة}.
(Masalah : K) : Untuk taubat ada tiga syaratnya : (pertama) menyesali dari perbuatannya, dan memupusnya seketika itu juga, (kedua) ada 'azam/keiinginan kuat tidak mengulanginya, (ketiga) dan menambahkan hak sesama dengan memasrahkan kedzaliman yang diperbuat kepada mereka, maka wajib baginya menentukan orang yang berhak dari balasan apa yang akan diterima, atau meminta istihlal/dihalalkan olehnya.
{Lihat Kitab Bughyatu Al Mustarsyidin : hal 282 / Karya Al 'Alamah Syaikh Sayyid 'Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin 'Umar Al Masyhur Ba'alawiy Mufti Diyar Al Hadlromiyyah / Dar Al Fikri - Tanpa Tahun}.
*💾🌴• Tersebut dalam Kitab Al Fiqhu Al Manhajiy Fi Fiqhi Madzhabi Al Imam Asy Syafi'iy :*
ردّ المغصوب وإن تضرر الغاصب:علمنا أن الواجب على الغاصب ردّ العين المغصوبة فوراً، وأنه لا يبرأ من الإثم وعُهدة الضمان إلا بالرد، فلو كان يترتب على ردّه العين المغصوبة ضرر بالغ به كلِّف بذلك، ولا يلتفت إلى ما يناله من ضرر، لأنه ظالم ومتعدٍّ بغصبه.فلو غصب خشبة، فوضعت في بناء أو سفينة، وجب نزعها وردّها، وإن تهدم البناء أو غرقت السفينة،
ويلزم الغاصب أرش النقص للمغصوب منه ولصاحب البناء أو السفينة إن كان غير الغاصب ويجهل الغصب، كما يلزمه أُجرة المثل إن كان لمثلها أُجرة. فإن كان يترتب على ردّه هلاك آدمي معصوم الدم، أو حيوان محترم أي غير مأمور بقتله شرعاً ويجوز تملكه أو حيازته، أو إتلاف مال مسلم أو ذمّي، فإنه لا يجب ردّه، فيعدل الى تضمين البدل من مثل أو قيمة.
{انظر كتاب الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي : ج ٧ ص ٢٧٤ - ٢٧٥ / الباب الثاني عشر : الغصب / أحكام الغصب / الحكم الدنيوي / ١٢ - اختلاف الغاصب والمغصوب منه / اشترك في تأليف هذه السلسلة: الدكتور مُصطفى الخِنْ، الدكتور مُصطفى البُغا، علي الشّرْبجي / الناشر: دار القلم للطباعة والنشر والتوزيع، دمشق الطبعة: الرابعة، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٢ مـ}.
Wajib mengembalikan barang yang dighashab walaupun si penghashab akan menerima kerusakkan/kerugian. Sudah kita ketahui bahwasannya hal yang wajib atas diri si penghashab adalah mengembalikan barang yang dighashab dengan segera, dan dia tidak terbebas dari dosa dan pemeliharaan tanggungan kecuali dengan mengembalikan, maka apabila mengiringi pengembalian barang yang dighashab sebuah bahaya yang datang bersamanya maka semua itu tetap diperintahkan, dan tidak bisa berpaling pada perkara berbahaya yang bisa mengenainya, karena dia orang yang dzalim dan orang yang melanggar sebab perbuatan ghashabnya.
Maka apabila ia menghashab kayu, kemudian ia letakkan pada bangunan atau perahu, ia wajib mencopotnya dan mengembalikannya, walaupun bangunan tersebut akan runtuh ataupun perahu tersebut akan tenggelam,
Dan ghashib (orang yang menggashab) wajib menambal kekurangan perkara yang dighashab dan menambal kekurangan bagi pemilik bangunan atau pemilik perahu apabila pemiliknya bukan orang yang melakukan ghashab dan tidak tahu menahu tentang pengghashaban tersebut, seperti wajib baginya upah serupa apabila serupanya ada upahnya.
Maka apabila bersamaan dengan pengembaliannya kematian anak adam yang dijaga darahnya, atau binatang yang dimuliakan, atau binatang yang syara' tidak memerintah untuk membunuhnya dan boleh memilikinya atau menanggungnya, atau bersamaan dengan pengembalian tersebut merusakkan harta orang kafir dzimmi (dalam perlindungan islam), maka hal tersebut tidak wajib mengembalikannya, maka jika demikian dibebankan bagi si penghashab setara tanggungan pengganti dari barang serupa atau menanggung kurs harga yang harus dibayarkan sebanding dengan harganya.
{Lihat Kitab al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhab al- asy-Syafi’i : juz 7 hal 274 - 275 / Al Babu Tsani 'Asyar : Al Ghashbu / Ahkamu Al Ghashbi / Al Hukmu Ad Dunyawiy / 12 - Ikhtilafu Al Ghaashib Wa Al Maghshubi Minhu / Diusun oleh: Syaikh Musthafa Said al-Khin, syaikh Musthafa al-Bugha dan syaikh Ali asy-Syirbiji / Penerbit: Dar el-Qolam Damaskus / Tahun terbit: 1413 H = 1992 M}.
جمعها ورتبها " طالب العلم " عبد الحكيم الجاوي
Rabu kliwon MTsN 1 Magelang
٤ ربيع الأوٌل ١٤٤٢ هـ
٢١ اكتوبر ٢٠٢٠ مـ
*📚📡• وجاء في كتاب " الفقه الإسلامي وأٓدلته " للشيخ الدكتور وهبة بن مصطفى الزٌحيلي حفظه الله تعالى :*
تحريم الغصب: ثبت تحريم الغصب في القرآن والإجماع. أما القرآن: فقول الله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا لا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل، إلا أن تكون تجارة عن تراض منكم} [النساء: ٠٠٤/ ٢٩] ...
الغصب لغة: أخذ الشيء ظلماً، أو قهراً جهاراً.
عند الحنفية: الغصب هو أخذ مال متقوم محترم بغير إذن المالك، على وجه يزيل يده.
وَعَرَّفَ الشَّافِعِيَّةُ وَاْلحَنَابِلَةُ الْغَصْبَ بِأَنَّهُ : الْاِسْتِيْلَاءُ عَلَى حَقِّ الْغَيْرِ (مِنْ مَالٍ أَوْ اِخْتِصَاصٍ) عُدْوَانًا، أَيْ عَلَى وَجْهِ التَّعَدِّيْ أَوْ الْقَهْرِ بِغَيْرِ حَقٍّ .
وَهٰذَا التَّعْرِيْفِ يَشْمُلُ أَخْذَ الْأَمْوَالِ الْمُتَقَوَّمَةِ وَالْمَنَافِعِ وَسَائِرِ الْاِخْتِصَاصَاتِ كَحَقِّ التَّحَجُّرِ (أَيْ إِحْيَاءِ الْأَرْضِ الْمَوَاتِ بِوَضْعِ الْأَحْجَارِ عَلَى حُدُوْدِهَا)، وَالْأَمْوَالِ غَيْرِ الْمُتَقَوَّمَةِ كَخَمْرِ الذِّمِّيِّ، وَمَا لَيْسَ بِمَالٍ، كَالْكَلْبِ وَالسِّرْجِيْنِ وَجِلْدِ الْمَيْتَةِ .
{انظر كتاب الفقه الإسلامي وأٓدلته : ج ٦ ص ٤٧٨٦ و ٤٧٩٠ / القسم الرابع: الملكية وتوابعها / الباب الثاني: توابع الملكية / الفصل السابع: الغصب والإتلاف / المبحث الأول ـ الغصب وأحكامه / المطلب الأول ـ تحريم الغصب، وتعريفه، وأثر اختلاف الفقهاء في ضابطه / ثانيا ـ تعريف الغصب / ٣ - وعرف الشافعية والحنابلة / للشيخ الدكتور وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ، أستاذ ورئيس قسم الفقه الإسلاميّ وأصوله بجامعة دمشق - كلّيَّة الشَّريعة الناشر: دار الفكر - سوريَّة - دمشق الطبعة: الرَّابعة - بدون السنة}.
*🌴🎙️• Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adilatuh " berkata :*
Keharaman Ghasab (menggunakan hak milik orang lain tanpa izin) sudah ditetapkan di dalam al-quran dan al-ijma' (kesepakatan ulama'). Adapun al- qur'an firman Allah Ta'ala :
Hai orang - orang yang beriman dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu ... (QS. An Nisaa' : 004/ 29) ...
Menurut ‘ulama Hanafiyyah, gasab adalah mengambil sesuatu dengan cara menganiaya (semena-mena), atau qohran (mamaksa, menundukkan, dan mengalahkan) secara terang-terangan.
Sedangkan menurut ‘ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah, bahwa gasab adalah menguasai hak milik orang lain secara memusuhi, artian mengambilnya dengan cara menganiaya atau menyerang untuk menguasai barang yang dimiliki orang lain.
Kalangan madzhab syafi’i dan Hambali mendefinisikan Ghasab adalah : penguasaan atas hak orang lain baik berupa harta atau ikhtishos secara aniaya atau dengan cara pemaksaan.
Definisi ini mencakup pengambilan harta harta-harta berharga, kemanfaatan dan ikhtishoh yang lain, juga mencakup terhadap harta yang tidak berharga seperti khomr milik kafir dzimmi, juga mencakup hal yang bukan harta, seperti anjing, syirjin, dan kulit bangkai.
{Lihat Kitab Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adilatuh : juz 6 hal 4786 & 4790 / Al Qasmu Ar Rabi'u : Al Milkiyyah Wa Tawabi'uha / Al Fashlu As Sabi'u : Al Ghashbu Wa Al Itlaafu / Al Mab'atsu Al Awwalu - Al Ghashbu Wa Ahkamuha / Al Mathlabu Al Awwalu - Tahriimu Al Ghashbi Wa Ta'rifuhu, Wa Atsaru Al Fuqaha'i Fi Dlobithihi / Tsaniyan - Ta'rifu Al Ghashbi / 3 - Wa 'Arrafa Asy Syafi'iyyatu Wa Al Hanabilatu / Karya Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy / Dar Al Fikri - Suriah - Damasyqus - Tnp. Tahun}.
*💾✍️• Imam At-Thabariy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya (Jami’ul Bayan Fi tafsir Al-Qur’an Lith-thobari) menjelaskan :*
{ لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالكُمْ بَيْنكُمْ بِالْبَاطِلِ } يَقُول :
لَا يَأْكُل بَعْضكُمْ أَمْوَال بَعْض بِمَا حَرَّمَ عَلَيْهِ مِنْ الرِّبَا وَالْقِمَار , وَغَيْر ذَلِكَ مِنْ الْأُمُور الَّتِي نَهَاكُمْ اللَّه عَنْهَا
{انظر كتاب جامع البيان في تأويل القرآن : ج ٨ ص ٢١٦ / النساء : ٢٩ / للإمام محمد بن جرير بن يزيد بن كثير بن غالب الآملي، أبو جعفر الطبري (المتوفى: ٣١٠ هـ) / الناشر: مؤسسة الرسالة الطبعة: الأولى، ١٤٢٠ هـ = ٢٠٠٠ مـ}.
Bahwa maksud kata memakan dengan batil dari ayat tersebut adalah : janganlah sebagian dari kalian memakan harta sebagian kalian yang lain dengan sesuatu yang diharamkan atasnya yang terdiri riba, perjudian, dan selain keduanya dari memakan beberapa perkara yang Allah telah melarang daripadanya.
{Lihat Kitab Jami'u Al Bayan Fi Ta'wili Al Qur'an : juz 8 hal 216 / An Nisaa' : 29 / Karya Imam Ibnu Jarir At Thabariy / Mu'assasah Ar Risalah, Cet. Pertama, Th. 1420 H = 2000 M}.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ghasab (menggunakan milik orang lain tanpa izin) berdasarkan ayat tersebut hukumnya haram dan sangat dilarang oleh Allah. Entah ghasab pakaian, sandal, bantal, gayung, payung, dan barang-barang yang lain, hukumnya sama-sama tidak boleh. Bahkan berdasarkan ayat tersebut ketika dilihat dari kaca mata ushul fiqh maka ada 2 (dua) hal yang dapat kita simpulkan. Pertama, larangan (nahyi) tersebut menunjukkan keharaman dari pekerjaan ghasab. Kedua, larangan tersebut mewajibkan kita untuk menjahui perkara ghasab.
*💾✍️• Dalam Penjelasan Riwayat Hadits Dan Syarahnya*
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ ، ح وحَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدِّمَشْقِيُّ ، حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ إِسْحَاقَ ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– ، يَقُولُ :
*_« لَا يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لَاعِبًا ، وَلَا جَادًّا »_*
وَقَالَ سُلَيْمَانُ : لَعِبًا وَلَا جِدًّا وَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا لَمْ يَقُلْ ابْنُ بَشَّارٍ : ابْنَ يَزِيدَ وَقَالَ : قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ –ﷺ💞–.
{رواه ابو داود / كِتَاب الْأَدَبِ / بَابُ مَنْ يَأْخُذُ الشَّيْءَ عَلَى الْمِزَاحِ / حديث رقم : ٤٤١٣}.
Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Basysyar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Yahya. Dari Ibnu Abu Dzi`b. - (dalam jalur lain disebutkan)- Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman bin 'Abdurrahman Ad Dimasyqi, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Syu'aib bin Ishaq. Dari Ibnu Abu Dzi`b. Dari 'Abdullah bin As Saib bin Yazid. Dari Bapaknya. Dari Kakeknya : Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:
*_"Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik untuk bercanda atau sungguhan."_*
Sulaiman berkata, *"untuk bercanda atau sungguhan. Maka barangsiapa mengambil tongkat milik saudaranya hendaklah ia kembalikan."*
Ibnu Basysyar tidak mengatakan 'Ibnu Yazid', dan ia berkata dalam riwayatnya (dengan kalimat); Rasulullah –ﷺ💞–.
{HR. Abu Dawud / Kitabu Al Adabi / Babu Man Ya'khudzu Asy Syai'a 'Ala Al Mizahi / No. 4413}.
*🌴✍️• Hadits Yang Senada :*
حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ االلّٰهِ –ﷺ💞– :
*_« لَا يَأْخُذْ أَحَدُكُمْ عَصَا أَخِيهِ لَاعِبًا أَوْ جَادًّا ، فَمَنْ أَخَذَ عَصَا أَخِيهِ فَلْيَرُدَّهَا إِلَيْهِ »_*
وَفِي البَابِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ ، وَسُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدَ ، وَجَعْدَةَ ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ وَالسَّائِبُ بْنُ يَزِيدَ لَهُ صُحْبَةٌ قَدْ سَمِعَ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَادِيثَ وَهُوَ غُلَامٌ ، وَقُبِضَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– وَهُوَ ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَوَالِدُهُ يَزِيدُ بْنُ سَعِيدٍ لَهُ أَحَادِيثُ هُوَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ
–ﷺ💞– ، وَقَدْ رَوَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَالسَّائِبُ بْنُ يَزِيدَ هُوَ ابْنُ أُخْتِ نَمِرٍ
{رواه الترمذي / أبواب الفتن / باب ما جاء لا يحل لمسلم أن يروع مسلما / حديث رقم : ٢١٨٠}.
Telah menceritakan kepada kami : Bundar. Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Sa'id. Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Abu Dzi'b. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin As Saib bin Yazid. Dari Bapaknya. Dari Kakeknya, beliau berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:
*_"Janganlah salah seorang dari kalian mengambil tombak saudaranya baik dengan bermaksud main-main ataupun sungguh-sungguh. Maka siapa yang mengambil tombak saudaranya, hendaklah ia mengembalikan tombak itu padanya."_*
Abu Isa (At Tirmidzi) berkata; Hadits semakna juga diriwayatkan dari Ibnu Umar, Sulaiman bin Shurad, Jad'ah, dan Abu Hurairah. Dan hadits ini adalah *HASAN GHARIB,* kami tidak mengetahuinya kecuali dari haditsnya Ibnu Abu Dzi`b dan As Sa`ib bin, ia memliki shuhbah (bermulazamah dengan Nabi) dan ia telah mendengar dari Nabi–ﷺ💞– sejumlah hadits saat ia masih anak kecil. Ketika Nabi–ﷺ💞– wafat, ia baru berumur tujuh tahun. Sedangkan bapaknya Yazid bin As Sa`ib, juga memiliki hadits-hadits, dan ia juga termasuk sahabat Rasulullah –ﷺ💞–. Ia telah meriwayatkan pula dari Nabi –ﷺ💞–. As Sa`ib bin Yazid adalah anak dari saudara perempuannya Namir.
{HR. Tirmidzi / Abwabu Al Fitani / Babu Ma
Yahillu Limuslimin An Yaru'a Musliman / No. 2180}.
*📒🌴• Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala :*
فإن كان المغصوب باقيا لزمه رده، لما روى عبد الله بن السائب ابن يزيد عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞– قَالَ :
" لا يأخذ أحدكم متاع أخيه لاعبا أو جادا، فإذا أخذ أحدكم عصا أخيه فليردها "
فان اختلفت قيمته من حين الغصب إلى حين الرد لم يلزمه ضمان ما نقص من قيمته وقال أبو ثور من أصحابنا: يضمن كما يضمن زيادة العين، وهذا خطأ، لان الغاصب يضمن ما غصب.
{انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ١٤ ص ٢٢٧ / كتاب الغصب / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) الناشر: دار الفكر - بدون السنة}.
Apabila masih tersisa maka wajib baginya mengembalikannya, berdasarkan hadits yang telah diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Sa'ib bin Yazid, dari Ayahnya, dari Kakeknya : Sesungguhnya Nabi –ﷺ💞– pernah bersabda :
*_"Janganlah diantara kalian mengambil barang milik saudaranya, baik secara main-main atau sungguh-sungguh. Apabila salah satu dari kalian mengambil tongkat milik saudaranya maka hendaklah ia mengembalikannya."_*
Apabila berbeda harganya dari saat menghashab sampai pada saat mengembalikan, maka tanggungan sesuatu dari harganya tidak wajib baginya. Abu Tsur dari sahabat kami berkata : ia tetap menanggungnya seperti tanggungan ketika bertambah keadaannya, dan ini tidak benar, karena orang yang menggashab hanya menanggung sebesar apa yang telah ia ghashab.
{Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzzab : juz 14 hal 227 / Kitabu Al Ghashbi / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun}.
*📒🎙️• Dan disebutkan Dalam Kitab Fathu Al Qorib Al Mujib Karya Syaikh :*
( ﻓَﺼْﻞٌ ﻓِﻲْ ﺃَﺣْﻜَﺎﻡِ ﺍﻟْﻐَﺼْﺐِ )
ﻭَﻫُﻮَ ﻟُﻐَﺔً ﺃَﺧْﺬُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺊِ ﻇُﻠْﻤًﺎ ﻣُﺠَﺎﻫَﺮَﺓً
ﻭَﺷَﺮْﻋًﺎ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻴْﻠَﺎﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﺣَﻖِّ ﺍﻟْﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺪْﻭَﺍﻧًﺎ
ﻭَﻳُﺮْﺟَﻊُ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻴْﻠَﺎﺀِ ﻟِﻠْﻌُﺮْﻑِ
ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﻓِﻲْ ﺣَﻖِّ ﺍﻟْﻐَﻴْﺮِ ﻣَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﻏَﺼْﺒُﻪُ ﻣِﻤَّﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﻤَﺎﻝٍ ﻛَﺠِﻠْﺪِ ﻣَﻴْﺘَﺔٍ
ﻭَﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻌُﺪْﻭَﺍﻧًﺎ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻴْﻠَﺎﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎﻝِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺮِ ﺑِﻌَﻘْﺪٍ
( ﻭَﻣَﻦْ ﻏَﺼَﺐَ ﻣَﺎﻟًﺎ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺭَﺩُّﻩُ ) ﻟِﻤَﺎﻟِﻜِﻪِ ﻭَﻟَﻮْ ﻏَﺮِﻡَ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺩِّﻩِ ﺃَﺿْﻌَﺎﻑَ ﻗِﻴْﻤَﺘِﻪِ
( ﻭَ ) ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ( ﺃُﺭْﺵُ ﻧَﻘْﺼِﻪِ ) ﺇِﻥْ ﻧَﻘَﺺَ ﻛَﻤَﻦْ ﻏَﺼَﺐَ ﺛَﻮْﺑًﺎ ﻓَﻠَﺒِﺴَﻪُ ﺃَﻭْ ﻧَﻘَﺺَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻟَﺒْﺲٍ
( ﻭَ ) ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ( ﺃُﺟْﺮَﺓُ ﻣِﺜْﻠِﻪِ )
ﺃَﻣَّﺎ ﻟَﻮْ ﻧَﻘَﺺَ ﺍﻟْﻤَﻐْﺼُﻮْﺏُ ﺑِﺮُﺧَﺺِ ﺳِﻌْﺮِﻩِ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻀْﻤَﻨُﻪُ ﺍﻟْﻐَﺎﺻِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴْﺢِ
ﻭَﻓِﻲْ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟﻨُّﺴَﺦِ ﻭَﻣَﻦْ ﻏَﺼَﺐَ ﻣَﺎﻝَ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﺃًﺟْﺒِﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺩِّﻩِ .
( ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﻠِﻒَ ) ﺍﻟْﻤَﻐْﺼُﻮْﺏُ ( ﺿَﻤِﻨَﻪُ ) ﺍﻟْﻐَﺎﺻِﺐُ ( ﺑِﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ) ﺃَﻱِ ﺍﻟْﻤَﻐْﺼُﻮْﺏِ ( ﻣِﺜْﻞٌ )
ﻭَﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻤِﺜْﻞَ ﻣَﺎ ﺣَﺼَﺮَﻩُ ﻛَﻴْﻞٌ ﺃَﻭْ ﻭَﺯْﻥٌ ﻭَﺟَﺎﺯَ ﺍﻟﺴَّﻠَﻢُ ﻓِﻴْﻪِ ﻛَﻨُﺤَﺎﺱٍ ﻭَﻗُﻄْﻦٍ ﻟَﺎ ﻏَﺎﻟِﻴَﺔٍ ﻭَﻣَﻌْﺠُﻮْﻥٍ
ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒُ ﺿَﻤَﺎﻥَ ﺍﻟْﻤُﺘَﻘَﻮَّﻡِ ﻓِﻲْ ﻗَﻮْﻟِﻪِ
( ﺃَﻭْ ) ﺿَﻤِﻨَﻪُ ( ﺑِﻘِﻴْﻤَﺘِﻪِ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻣِﺜْﻞٌ ) ﺑِﺄَﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺘَﻘَﻮَّﻣًﺎ ﻭَﺍﺧْﺘَﻠَﻔَﺖْ ﻗِﻴْﻤَﺘُﻪُ ( ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻣِﻦْ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻐَﺼْﺐِ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺘَّﻠَﻒِ )
ﻭَﺍﻟْﻌِﺒْﺮَﺓُ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﻘِﻴْﻤَﺔِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻘْﺪِ ﺍﻟْﻐَﺎﻟِﺐِ
ﻓَﺈِﻥْ ﻏَﻠَﺐَ ﻧَﻘْﺪَﺍﻥِ ﻭَﺗَﺴَﺎﻭَﻳَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻌِﻲُّ ﻋَﻴَّﻦَ ﺍﻟْﻘَﺎﺿِﻲُّ ﻭَﺍﺣِﺪًﺍ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ
{انظر كتاب فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار (ويعرف بشرح ابن قاسم على متن أبي شجاع) : ص ١٨٩ - ١٩٠ / كتاب أحكام البيوع وغيرها من المعاملات كقراض وشركة / الغصب / للشيخ محمد بن قاسم بن محمد بن محمد، أبو عبد الله، شمس الدين الغزي، ويعرف بابن قاسم وبابن الغرابيلي (المتوفى: ٩١٨ هـ) / الناشر : دار ابن حزم - بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤٢٥ هـ = ٢٠٠٥ مـ}.
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum ghasab.
(Definisi Ghashab) : Ghasab secara bahasa adalah mengambil sesuatu secara dhalim dengan cara terang-terangan.
Dan secara syara’ adalah menguasai hak orang lain dengan cara dhalim.
Ukuran menguasai dikembalikan pada ‘urf (pengertian secara umum).
Termasuk hak orang lain adalah sesuatu yang sah untuk dighasab yang berupa barang-barang selain harta seperti kulit bangkai.
Dengan bahasa “secara dhalim” mengecualikan menguasai harta orang lain dengan cara akad.
(Konskwensi Ghashab) :
Barang siapa mengghasab harta seseorang, maka wajib baginya untuk mengembalikan pada pemiliknya, walaupun dalam pengembalian tersebut ia harus menanggung berlipat-lipat dari harga barang tersebut.
Dan ia juga wajib mengganti rugi kekurangan barang tersebut jika memang terjadi kekurangan seperti orang yang mengghasab pakaian kemudian ia pakai, atau menjadi kurang tanpa ada pemakaian.
Dan juga wajib membayar ongkos standar dari penyewaan harta yang ia ghasab.
Sedangkan seandainya nilai barang yang dighasab menjadi kurang sebab turunnya harga di pasaran, maka orang yang mengghasab tidak wajib menggantinya menurut pendapat ash shahih.
Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “barang siapa mengghasab harta seseorang, maka ia dipaksa untuk mengembalikannya”.
Barang Ghasaban Yang Rusak Jika barang yang dighasab rusak, maka orang yang mengghasab harus mengganti dengan barang sesamanya jika memang barang yang dighasab tersebut memiliki sesamanya (mitsli).
Menurut pendapat ashah sesungguhnya yang dikehendaki dengan mitsli adalah setiap barang yang diukur dengan takaran atau timbangan dan boleh untuk diakadi salam seperti perunggu dan kapas, bukan minyak ghaliyah dan minyak ma’jun.
Mushannif (pengarang) menjelaskan tentang ganti rugi barang yang memiliki harga di dalam perkataan beliau,
Atau orang yang mengghasab harus mengganti sesuai harga barang yang dighasab jika memang barang tersebut tidak memiliki sesamanya, dengan artian barang itu adalah barang yang memiliki harga dan berbeda-beda harganya, dengan ganti rugi harga yang tertinggi sejak hari pertama mengghasab hingga hari di mana barang tersebut rusak.
Yang dipertimbangkan dalam ukuran harga adalah mata uang yang paling terlaku.
Jika ada dua mata uang yang sama-sama terlakunya, imam ar Rafi’i berkata, maka seorang qadli harus menentukan salah satu dari keduanya.
{Lihat Kitab Fathu Al Qarib Al Mujib Fi Syarhi Alfadzi At Taqrib = Al Qaul Al Mukhtar Fi Syarhi Ghayati Al Ikhtishar : hal 189 - 190 / Kitabu Ahkami Al Buyu' Wa Ghairiha Min Al Mu'ammalati Kaqiradlin Wa Syirkatin / Al Ghashbu / Karya Syaikh Muhammad bin Qasim Syamsuddin Al Ghaziy Asy Syafi'iy / Dar Ibnu Hazm - Beirut Libanon , Cet.Pertama, Th. 1425 H = 2005 M}.
WAJIB MEMINTA HALALNYA KEPADA PEMILIK WI-FI
Meminta kerelaan pemilik wifi (istihlal) jika pemiliknya tidak berkenan maka pemakai harus mengganti rugi
*🌴📡• Syaikh Sayyid 'Abdurrahman Al Masyhur Ba'alawiy Al Hadlramiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabhya " Bughyatu Al Mustarsyidin " berkata :*
(مسألة): غَصَبَ مَالاً مِنْ دَارِ مَالِكِهِ وَبَاعَهُ عَلَى جَمَاعَةٍ مُعَيَّنِيْنَ، وَجَبَ عَلَى كُلِّ مَنْ وَقَعَتْ يَدُهُ عَلَى شَيْءٍْ مِنْ ذَلِكَ ضَمَانُهُ وَرَدُّهُ إِلَى مَالِكِهِ إِنْ بَقِيَ وَبَدَلُهْ إِنْ تَلِفَ،
{انظر كتاب ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﻣﻊ ﺿﻢ ﻓﻮﺍﺋﺪ ﺟﻤﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ ﺷﺘﻰ ﻟﻠﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ : ص ١٤٩ /
ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ : ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍلشيخ السيد ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﺑﺎ ﻋﻠﻮﻱ
ﻣﻔﺘﻰ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺍﻟﺤﻀﺮﻣﻴﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻔﻊ ﺑﻌﻠﻮﻣﻪ ﺁﻣﻴﻦ
/ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﺸﺮ : ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ - بدون السنة}.
(Masalah) : Mengghashab harta dari rumah pemiliknya dan menjualnya kepada jama'ahnya yang tertentu, maka wajib bagi setiap orang yang tangannya ikut mengambil manfaat sesuatu dari hal tersebut, wajib mengganti sesuai harganya dan mengembalikan kepada pemiliknya apabila tersisa dan menggantinya apabila sampai rusak.
{Lihat Kitab Bughyatu Al Mustarsyidin : hal 149 / Karya Al 'Alamah Syaikh Sayyid 'Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin 'Umar Al Masyhur Ba'alawiy Mufti Diyar Al Hadlromiyyah / Dar Al Fikri - Tanpa Tahun}.
*💾📡• Dan Syaikh Sayyid 'Abdurrahman Al Masyhur Ba'alawiy Al Hadlramiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabhya " Bughyatu Al Mustarsyidin " berkata lagi :*
لِلتَّوْبَةِ ثَلَاثَةُ شُرُوْطٍ: النَّدَمُ عَلَى الْفِعْلِ، وَالْإِقْلَاعُ فِيْ اْلحَالِ، وَالْعَزْمُ عَلَى عَدَمِ الْعَوْدِ، وَيَزِيْدُ حَقُّ الْعِبَادِ بِرَدِّ الْمَظَالِمِ إِلَيْهِمْ، فَيَلْزَمُهُ تَمْكِيْنُ الْمُسْتَحِقُّ مِنَ الْعُقُوْبَةِ أَوْ اِسْتِحْلَالُهُ
{انظر كتاب ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﻣﻊ ﺿﻢ ﻓﻮﺍﺋﺪ ﺟﻤﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ ﺷﺘﻰ ﻟﻠﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ : ص ٢٨٢ /
ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ : ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍلشيخ السيد ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﺑﺎ ﻋﻠﻮﻱ
ﻣﻔﺘﻰ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ ﺍﻟﺤﻀﺮﻣﻴﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻔﻊ ﺑﻌﻠﻮﻣﻪ ﺁﻣﻴﻦ
/ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﺸﺮ : ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ - بدون السنة}.
(Masalah : K) : Untuk taubat ada tiga syaratnya : (pertama) menyesali dari perbuatannya, dan memupusnya seketika itu juga, (kedua) ada 'azam/keiinginan kuat tidak mengulanginya, (ketiga) dan menambahkan hak sesama dengan memasrahkan kedzaliman yang diperbuat kepada mereka, maka wajib baginya menentukan orang yang berhak dari balasan apa yang akan diterima, atau meminta istihlal/dihalalkan olehnya.
{Lihat Kitab Bughyatu Al Mustarsyidin : hal 282 / Karya Al 'Alamah Syaikh Sayyid 'Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin 'Umar Al Masyhur Ba'alawiy Mufti Diyar Al Hadlromiyyah / Dar Al Fikri - Tanpa Tahun}.
*💾🌴• Tersebut dalam Kitab Al Fiqhu Al Manhajiy Fi Fiqhi Madzhabi Al Imam Asy Syafi'iy :*
ردّ المغصوب وإن تضرر الغاصب:علمنا أن الواجب على الغاصب ردّ العين المغصوبة فوراً، وأنه لا يبرأ من الإثم وعُهدة الضمان إلا بالرد، فلو كان يترتب على ردّه العين المغصوبة ضرر بالغ به كلِّف بذلك، ولا يلتفت إلى ما يناله من ضرر، لأنه ظالم ومتعدٍّ بغصبه.فلو غصب خشبة، فوضعت في بناء أو سفينة، وجب نزعها وردّها، وإن تهدم البناء أو غرقت السفينة،
ويلزم الغاصب أرش النقص للمغصوب منه ولصاحب البناء أو السفينة إن كان غير الغاصب ويجهل الغصب، كما يلزمه أُجرة المثل إن كان لمثلها أُجرة. فإن كان يترتب على ردّه هلاك آدمي معصوم الدم، أو حيوان محترم أي غير مأمور بقتله شرعاً ويجوز تملكه أو حيازته، أو إتلاف مال مسلم أو ذمّي، فإنه لا يجب ردّه، فيعدل الى تضمين البدل من مثل أو قيمة.
{انظر كتاب الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي : ج ٧ ص ٢٧٤ - ٢٧٥ / الباب الثاني عشر : الغصب / أحكام الغصب / الحكم الدنيوي / ١٢ - اختلاف الغاصب والمغصوب منه / اشترك في تأليف هذه السلسلة: الدكتور مُصطفى الخِنْ، الدكتور مُصطفى البُغا، علي الشّرْبجي / الناشر: دار القلم للطباعة والنشر والتوزيع، دمشق الطبعة: الرابعة، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٢ مـ}.
Wajib mengembalikan barang yang dighashab walaupun si penghashab akan menerima kerusakkan/kerugian. Sudah kita ketahui bahwasannya hal yang wajib atas diri si penghashab adalah mengembalikan barang yang dighashab dengan segera, dan dia tidak terbebas dari dosa dan pemeliharaan tanggungan kecuali dengan mengembalikan, maka apabila mengiringi pengembalian barang yang dighashab sebuah bahaya yang datang bersamanya maka semua itu tetap diperintahkan, dan tidak bisa berpaling pada perkara berbahaya yang bisa mengenainya, karena dia orang yang dzalim dan orang yang melanggar sebab perbuatan ghashabnya.
Maka apabila ia menghashab kayu, kemudian ia letakkan pada bangunan atau perahu, ia wajib mencopotnya dan mengembalikannya, walaupun bangunan tersebut akan runtuh ataupun perahu tersebut akan tenggelam,
Dan ghashib (orang yang menggashab) wajib menambal kekurangan perkara yang dighashab dan menambal kekurangan bagi pemilik bangunan atau pemilik perahu apabila pemiliknya bukan orang yang melakukan ghashab dan tidak tahu menahu tentang pengghashaban tersebut, seperti wajib baginya upah serupa apabila serupanya ada upahnya.
Maka apabila bersamaan dengan pengembaliannya kematian anak adam yang dijaga darahnya, atau binatang yang dimuliakan, atau binatang yang syara' tidak memerintah untuk membunuhnya dan boleh memilikinya atau menanggungnya, atau bersamaan dengan pengembalian tersebut merusakkan harta orang kafir dzimmi (dalam perlindungan islam), maka hal tersebut tidak wajib mengembalikannya, maka jika demikian dibebankan bagi si penghashab setara tanggungan pengganti dari barang serupa atau menanggung kurs harga yang harus dibayarkan sebanding dengan harganya.
{Lihat Kitab al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhab al- asy-Syafi’i : juz 7 hal 274 - 275 / Al Babu Tsani 'Asyar : Al Ghashbu / Ahkamu Al Ghashbi / Al Hukmu Ad Dunyawiy / 12 - Ikhtilafu Al Ghaashib Wa Al Maghshubi Minhu / Diusun oleh: Syaikh Musthafa Said al-Khin, syaikh Musthafa al-Bugha dan syaikh Ali asy-Syirbiji / Penerbit: Dar el-Qolam Damaskus / Tahun terbit: 1413 H = 1992 M}.
جمعها ورتبها " طالب العلم " عبد الحكيم الجاوي
Rabu kliwon MTsN 1 Magelang
٤ ربيع الأوٌل ١٤٤٢ هـ
٢١ اكتوبر ٢٠٢٠ مـ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar