ᗩᑎTᗩᖇᗩ ᗩᗪᗩT ᗪᗩᑎ ᔕYᗩᖇI'ᗩT ᗰᗩKᗩᑎ ᗪᑌᒪᑌ ᗷᗩᖇᑌ ᗷᗩYᗩᖇ ᗩTᗩᑌ ᒪIᕼᗩT ᕼᗩᖇGᗩ Tᗩᑎᑭᗩ ᗷEᖇTᗩᑎYᗩ ᒪᗩᑎGᔕᑌᑎG ᗷᗩYᗩᖇ
Fenomena dijawa - Indonesia biasanya terjadi dalam jual beli di warung makan, si pembeli biasa memesan makanan terlebih dahulu, lalu memakannya tanpa bertanya harga barang pesanan itu, baru kemudian membayarnya. Jual beli semacam ini disebut dengan Bai’ Mu’athoh (ُبَيْع الْمُعَاطَاةِ).
Bai’ Mu’athoh adalah proses jual beli dimana antara si penjual dan pembeli saling rela terhadap barang yang diperjualbelikan, meskipun tidak ada sighot (susunan kata ijab qobul) dari keduanya.
𝐔𝐋𝐀𝐌𝐀' 𝐁𝐄𝐑𝐁𝐄𝐃𝐀 𝐏𝐄𝐍𝐃𝐀𝐏𝐀𝐓
˚ৡ✿𝟏)•𝐒𝐲𝐚𝐟𝐢'𝐢𝐲𝐲𝐚𝐡
i)• Ulama' Syafi'iyyah Yang Memperbolehkan Bai' Mu'athoh Namun Sebatas Makanan Yang Harganya Rendah nilai jualnya Atau Segala Barang Yang Sudah Tertera Harganya
Imam Ghazali dan Imam Nawawiy memperbolehkan Bai’ Mu’athoh (antara si penjual dan pembeli saling rela terhadap barang yang diperjualbelikan, meskipun tidak ada sighot susunan kata ijab qobul) pada setiap barang yang biasa diperjualbelikan oleh masyarakat dan bersifat (مُحَقَّرٍ) remeh (nilai hargan jualya rendah), semisal sepotong roti, gorengan, kue jajan, dsb.
Sesuatu yang remeh disini maksudnya melihat pada harga yang sudah diketahui secara lazim dan rendah nilai jualnya. MAKA, BAI’ MUATHOH BISA TERLARANG APABILA PEMBELI TIDAK MENGETAHUI HARGA BARANG SECARA PASTI.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Al Makkiy Asy Syafi'iy menjelaskan dalam kitab Tuhfatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al-Minhāj (juz. 4 hal. 217):
وَهِيَ أَنْ يَتَرَاضَيَا بِثَمَنٍ وَلَوْ مَعَ السُّكُوتِ مِنْهُمَا وَاخْتَارَ الْمُصَنِّفُ كَجَمْعٍ انْعِقَادَهُ بِهَا فِي كُلِّ مَا يَعُدُّهُ النَّاسُ بِهَا بَيْعًا وَآخَرُونَ فِي مُحَقَّرٍ كَرَغِيفٍ، وَالِاسْتِجْرَارُ مِنْ بَيَّاعٍ بَاطِلٌ اتِّفَاقًا أَيْ إلَّا إنْ قُدِّرَ الثَّمَنُ فِي كُلِّ مَرَّةٍ عَلَى أَنَّ الْغَزَالِيَّ سَامَحَ فِيهِ بِنَاءً عَلَى جَوَازِ الْمُعَاطَاةِ وَعَلَى الْأَصَحِّ لَا مُطَالَبَةَ بِهَا أَيْ مِنْ حَيْثُ الْمَالُ بِخِلَافِ تَعَاطِي الْعَقْدِ الْفَاسِدِ إذَا لَمْ يُوجَدْ لَهُ مُكَفِّرٌ كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ
[انظر كتاب تحفة المحتاج في شرح المنهاج :(ج ٤ ص ٢١٧) / كتاب البيع / أركان البيع / المؤلف: أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي المكي الشافعي [ت ٩٧٤ هـ] / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى بمصر لصاحبها مصطفى محمد، عام النشر: ١٣٥٧ هـ - ١٩٨٣ مـ].
Yaitu mereka menyepakati suatu harga, meskipun mereka tetap diam, dan penulis memilih sebagai bentuk jamak akadnya dengannya dalam segala hal yang dianggap orang sebagai jual beli, dan yang lain dalam perkara yang remeh (rendah nilai harganya) seperti sepotong roti, dan penarikan diri dari suatu penjualan yang tidak sah karena adanya kesepakatan, artinya, kecuali jika harganya diperkirakan pada setiap saat, dan Imam Al-Ghazaliy memberikan kelonggaran berdasarkan diperbolehkannya penukaran, dan lebih tepatnya tidak ada tuntutannya, yaitu dalam bentuk harta, berbeda dengan menggunakan akad yang rusak, ketika tidak ada penebusannya, seperti yang terlihat. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Zakariyya Al-Anshariy Asy Syafi'iy berkata Imam An Nawawiy pun berpendapat demikian, seperti beliau menyebutkan dalam Kitabnya Kitabnya Fathul Wahab bi Syarhil Minhaj at-Thulab (juz. 1 hal. 186):
وَقِيلَ يَنْعَقِدُ بِهَا فِي كُلِّ ما يعد فِيهِ بَيْعًا كَخُبْزٍ وَلَحْمٍ بِخِلَافِ غَيْرِهِ كَالدَّوَابِّ وَالْعَقَارِ وَاخْتَارَهُ النَّوَوِيُّ. انتهى
[انظر كتاب فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب (هو شرح للمؤلف على كتابه هو منهج الطلاب الذي اختصره المؤلف من منهاج الطالبين للنووي) : (ج ١ ص ١٨٦) / المجلد الأول / كتاب البيع / المؤلف: زكريا بن محمد بن أحمد بن زكريا الأنصاري، زين الدين أبو يحيى السنيكي الشافعي (ت ٩٢٦هـ) / الناشر: دار الفكر للطباعة والنشر، الطبعة: ١٤١٤هـ/١٩٩٤مـ].
Dan dikatakan : bahwa hal itu dapat disimpulkan pada segala sesuatu yang dianggap jual beli, seperti roti dan daging, berbeda dengan benda lain, seperti hewan dan real estat, dan Al-Nawawi memilihnya. Selesai.
ii)• Ulama Syafi'iyyah Yang Menganggap Tidak Cukup Tanpa Serah Terima Dengan Lisan
❁˚ৡ✿⊱•Imam Rofi'iy Asy Syafi'iy berkata dalam Kitabnya Fathu Al 'Aziz Bisyarhi Al Wahiz (juz. 8 hal. 97):
الايجاب والقبول اعتبرا للدلالة على الرضا الباطن، ولا تكفي المعاطاة. انتهى
[انظر كتاب فتح العزيز بشرح الوجيز = الشرح الكبير [وهو شرح لكتاب الوجيز في الفقه الشافعي لأبي حامد الغزالي (ت ٥٠٥ هـ) ] : (ج ٨ ص ٩٧) / كتاب البيع / المؤلف: عبد الكريم بن محمد الرافعي القزويني الشافعي (ت ٦٢٣هـ)
الناشر: دار الفكر - بدون السنة].
Ijab dan Qabul (Penawaran dan penerimaan) dianggap menunjukkan kerelaan batin, dan memberi saja (tanpa mengucapkan ijab qobul), tidak cukup. Selesai
❁˚ৡ✿⊱•Imam Khothib Asy Syirbiniy Asy Syafi'iy berkata dalam Kitabnya Mughni Al Muhtaj (juz. 2 hal. 325):
وَإِنَّمَا اُحْتِيجَ فِي الْبَيْعِ إلَى الصِّيغَةِ لِأَنَّهُ مَنُوطٌ بِالرِّضَا لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ} [النساء: ٢٩] وَلِقَوْلِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «إنَّمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ» صَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ.
وَالرِّضَا أَمْرٌ خَفِيٌّ لَا يُطَّلَعُ عَلَيْهِ، فَأُنِيطَ الْحُكْمُ بِسَبَبٍ ظَاهِرٍ وَهُوَ الصِّيغَةُ، فَلَا يَنْعَقِدُ بِالْمُعَاطَاةِ إذْ الْفِعْلُ لَا يَدُلُّ بِوَضْعِهِ،. انتهى.
[انظر كتاب مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج : (ج ٢ ص ٣٢٥) / كتاب البيع / كتاب البيع / المؤلف: شمس الدين، محمد بن محمد، الخطيب الشربيني الشافعي [ت ٩٧٧ هـ] / الناشر: دار الكتب العلمية،ةالطبعة: الأولى، ١٤١٥ هـ - ١٩٩٤ مـ].
Adapun yang dibutuhkan dalam jual beli itu adalah sighot (susunan kata akad ijab qobul), karena hal tersebut berkaitan dengan kerelaan, sebagaimana firman Allah Ta'ala: {Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu}. (QS. An Nisa' : 004/ 29), dan sabda Nabi -ﷺ-: "Adapun jual beli berlaku dengan saling ridla." (Dishohihkan Oleh Ibnu Hibban).
Ridlo adalah suatu hal yang tersembunyi yang tidak dapat diungkapkan, maka hukumnya dikaitkan dengan suatu alasan yang nyata, yaitu susunan katanya (sighot), MAKA TIDAK SAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSAKSI MU'ATHOH (DENGAN TINDAKKAN MEMBERIKAN TANPA SIGHOT IJAB QOBUL), karena kinerjanya tidak menunjukkan pada penempatannya. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Abu Zakariyya Muhyiddin bin Syarof An-Nawawiy Asy Syafi'iy berkata dalam Kitabnya Al Majmu' Syarhu Al Muhadzab (juz. 9 hal. 162 - 163):
وَاخْتَارَ جَمَاعَاتٌ مِنْ أَصْحَابِنَا جَوَازَ الْبَيْعِ بالمعاطاة فيما يعد بيعا وقال مالك كلما عَدَّهُ النَّاسُ بَيْعًا فَهُوَ بَيْعٌ وَمِمَّنْ اخْتَارَ مِنْ أَصْحَابِنَا أَنَّ الْمُعَاطَاةَ فِيمَا يُعَدُّ بَيْعًا صَحِيحَةٌ وَأَنَّ مَا عَدَّهُ النَّاسُ بَيْعًا فَهُوَ بَيْعٌ صَاحِبُ الشَّامِلِ وَالْمُتَوَلِّي وَالْبَغَوِيُّ وَالرُّويَانِيُّ وَكَانَ الرويانى يُفْتِي بِهِ وَقَالَ الْمُتَوَلِّي وَهَذَا هُوَ الْمُخْتَارُ لِلْفَتْوَى وَكَذَا قَالَهُ آخَرُونَ وَهَذَا هُوَ الْمُخْتَارُ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَحَلَّ الْبَيْعَ وَلَمْ يَثْبُتْ فِي الشَّرْعِ لَفْظٌ لَهُ فَوَجَبَ الرُّجُوعُ إلَى العرف فكلما عَدَّهُ النَّاسُ بَيْعًا كَانَ بَيْعًا كَمَا فِي الْقَبْضِ وَالْحِرْزِ وَإِحْيَاءِ الْمَوَاتِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ الْأَلْفَاظِ الْمُطْلَقَةِ فَإِنَّهَا كُلَّهَا تُحْمَلُ عَلَى الْعُرْفِ وَلَفْظَةُ الْبَيْعِ مَشْهُورَةٌ وَقَدْ اشْتَهَرَتْ الْأَحَادِيثُ بِالْبَيْعِ من النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ فِي زَمَنِهِ وَبَعْدَهُ وَلَمْ يَثْبُتْ في شئ مِنْهَا مَعَ كَثْرَتِهَا اشْتِرَاطُ الْإِيجَابِ وَالْقَبُولِ وَاَللَّهُ أعلم. اهـ.
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : (ج ٩ ص ١٦٢) / كتاب البيوع / المؤلف: أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦ هـ) / الناشر: (إدارة الطباعة المنيرية، مطبعة التضامن الأخوي) - القاهرة، عام النشر: ١٣٤٤ - ١٣٤٧ هـ].
Sekelompok sahabat kami (Syafi'iyyah) memilih kebolehan transaksi Mu'athoh (dengan tindakkan memberi tanpa sighot ijab qobul), dalam apa yang dianggap jual beli... Dan diantara para sahabat kami (Syafi'iyyah) yang memilih bahwa transaksi mu'thoh dalam apa yang dianggap jual beli adalah sah, dan bahwa apa yang orang anggap sebagai jual beli adalah jual beli: penulis Al-Shamil, Al-Mutawaliy, Al-Baghawiy, Al-Rouayaniy, dan Ar Rouyaniy biasa berfatwa dengannya, dan Al-Mutawali berkata: Dan Dialah yang dipilih untuk difatwakan, dan begitu juga yang lain lainnya mengatakan dan inilah yang terpilih untuk difatwakan; Karena Allah Yang Maha Esa telah menghalalkan jual beli, dan tidak ada satu kata pun yang mengatur hal itu dalam syariat, maka perlu dikembalikan kepada adat, karena segala sesuatu yang dianggap jual beli oleh manusia adalah jual beli, seperti menawan, merampas, dan menghidupkan kembali bumi yang tandus, dan istilah-istilah mutlak lainnya, karena semuanya ditafsirkan menurut adat, dan kata jual beli sudah terkenal, dan sudah terkenal hadis-hadis tentang jual beli dari Nabi Muhammad -ﷺ-, dan para sahabatnya, radliyyAllahu 'anhum, di masanya dan setelahnya. Dan tidak satu pun tetap darinya bersamaan dengan banyaknya, disyaratkannya ijab dan qobul. Wallahu a'lam. Selesai.
˚ৡ✿𝟐)•𝐇𝐚𝐧𝐚𝐟𝐢𝐲𝐲𝐚𝐡
Bai' Mu'athoh sah dilakukan dengan tindakan saja seperti sahnya dilakukan dengan perkataan.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Syamsul A'immah As Sarakhsiy Al Hanafiy berkata dalam Kitabnya Al Mabsuth (juz. 19 hal. 61):
فَإِنَّ الْبَيْعَ بِالتَّعَاطِي يَنْعَقِدُ عِنْدَنَا؛ لِأَنَّ الْمَقْصُودَ تَمَامُ الرِّضَا، قَالَ اللَّهُ - تَعَالَى: {: إلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ} [النساء: ٠٠٤/ ٢٩] وَذَلِكَ يَحْصُلُ بِالْفِعْلِ كَمَا يَحْصُلُ بِالْقَوْلِ. اهـ.
[انظر كتاب المبسوط : (ج ١٩ ص ٦١) / كتاب الوكالة / باب من الوكالة بالبيع والشراء / المؤلف: محمد بن أحمد بن أبي سهل شمس الأئمة السرخسي الحنفي (ت ٤٨٣ هـ) / الناشر: مطبعة السعادة - مصر، بدون السنة].
Transaksi jual beli dengan tindakkan tanpa sighot ijab qobulnya (Mu'athoh), sah menurut kami (Hanafiyyah). Karena yang dimaksud adalah kerelaan yang sempurna.
Allah Ta'ala berfirman:
"kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu." (QS. An Nisa' : 004/ 29).
Dan semua itu berhasil (sah) dilakukan dengan tindakan seperti sahnya dilakukan dengan perkataan. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ibnu Mazah Al Bukhoriy Al Hanafiy berkata dalam Kitabnya Al Muhith Al Burhaniy Fi Al Fiqhi An Nu'maniy (juz. 6 hal. 273):
وينعقد البيع بالتعاطي بدون لفظة الإيجاب والقبول، على هذا اتفقت الروايات، والأصل فيه عُرْف الناس، وعاداتهم. انتهى.
[انظر كتاب المحيط البرهاني في الفقه النعماني: فقه الإمام أبي حنيفة رضي الله عنه : (ج ٦ ص ٢٧٣) / كتاب البيع / الفصل الأول: فيما يرجع إلى انعقاد البيع / المؤلف: برهان الدين أبو المعالي محمود بن أحمد بن عبد العزيز بن عمر بن مَازَةَ البخاري الحنفي (ت ٦١٦ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان، الطبعة: الأولى، ١٤٢٤ هـ - ٢٠٠٤ مـ].
Transaksi jual beli dengan tindakkan (Mu'athoh), dengan tanpa kata ijab dan qobul, riwayat-riwayat menyepakati hal ini, dan landasan didalamnya adalah tradisi orang banyak dan adat istiadat mereka. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Al Qoduriy Al Hanafiy berkata dalam Kitabnya At Tajrid (Juz. 5 hal. 273);
ما جوزته العادة دليل على قبولها ممن وجدت لديه، كتمليك الأشياء المتخذة بالمعاطاة، ودفع أجرة الحمام. اهـ.
[انظر كتاب التجريد : (ج ٥ ص ٢٧٣) / كتاب البيوع / مسألة ٦٧٢ العقد على استصناع الأواني / المؤلف: أبو الحسين أحمد بن محمد بن جعفر البغدادي القَدُّوري (٣٦٢ - ٤٢٨ هـ) / الناشر: دار السلام - القاهرة، الطبعة: الثانية، ١٤٢٧ هـ - ٢٠٠٦ مـ].
Perkara yang adat memperbolehkannya, adalah sebagai dalil tentang penerimaannya oleh orang yang bersamanya, seperti kepemilikan barang yang diambil dengan cara Mu'athoh (tindakkan jual beli tanpa mengucapkan ijab qobul), dan pembayaran biaya kamar mandi. Selesai.
˚ৡ✿𝟑)•𝐌𝐚𝐥𝐢𝐤𝐢𝐲𝐲𝐚𝐡
Transaksi jual beli sah dengan perkara yang menunjukkan kerelaan walaupun dengan tanpa mengucapkan sighot ijab qobulnya (Mu'athoh), karena sighot sudah mencakup tindakkan atau ucapan.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Al Mawwaq Al Malikiy berkata dalam Kitabnya Al Tajj Wa Al Iklil Li Mukhtashor Kholil (juz. 6 hal. 12):
(يَنْعَقِدُ الْبَيْعُ بِمَا يَدُلُّ عَلَى الرِّضَا وَإِنْ بِمُعَاطَاةٍ) . الْبَاجِيُّ: الْبَيْعُ مَعْرُوفٌ وَيَفْتَقِرُ إلَى إيجَابٍ وَقَبُولٍ، وَكُلُّ لَفْظٍ وَإِشَارَةٍ فُهِمَ مِنْهُ الْإِيجَابُ وَالْقَبُولُ لَزِمَ بِهِ الْبَيْعُ وَسَائِرُ الْعُقُودِ. اهـ.
[انظر كتاب التاج والإكليل لمختصر خليل :(ج ٦ ص ١٢) / القسم الأول في صحة البيع وفساده / باب في أركان البيع / المؤلف: محمد بن يوسف بن أبي القاسم بن يوسف العبدري الغرناطي، أبو عبد الله المواق المالكي (ت ٨٩٧هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، الطبعة: الأولى، ١٤١٦هـ-١٩٩٤مـ].
(Jual beli sah dengan sesuatu yang menunjukkan kerelaan, meskipun dengan tindakkan tanpa ucapan ijab qobul) Al-Baji (Al Malikiy) berkata: Jual beli itu diketahui dan membutuhkan tawaran dan penerimaan, dan setiap perkataan dan isyarat yang dipahami sebagai penawaran dan penerimaan, maka menjadi tetap dengannya jual beli dan sekian banyak bentuk akad. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Kholil bin Ishaq Al Malikiy berkata dalam Kitabnya Mukhtashor Kholil (hal. 143):
ينعقد البيع بما يدل على الرضا، وإن بمعاطاة. انتهى.
[انظر كتاب مختصر العلامة خليل : (ص ١٤٣) / القسم الثاني: في المعاملات / المؤلف: خليل بن إسحاق بن موسى، ضياء الدين الجندي المالكي المصري (ت ٧٧٦هـ) / الناشر: دار الحديث/القاهرة، الطبعة: الأولى، ١٤٢٦هـ/٢٠٠٥مـ].
Jual beli sah dengan sesuatu yang menunjukkan kerelaan, meskipun dengan tindakkan tanpa ucapan ijab qobul (Mu'athoh). Selesai .
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ibnu Al Hajj Al Malikiy berkata dalam Kitabnya Al Madkhol (juz. 1 hal. 296):
لِأَنَّ مَذْهَبَ مَالِكٍ - رَحِمَهُ اللَّهُ - جَوَازُ بَيْعِ الْمُعَاطَاةِ وَهِيَ أَنْ تُعْطِيَهُ وَيُعْطِيَك مِنْ غَيْرِ لَفْظِ الْبَيْعِ يَكُونُ بَيْنَكُمَا. انتهى.
[انظر كتاب المدخل : (ج ١ ص ٢٩٦) / المرتبة الثانية المواسم التي ينسبونها إلى الشرع وليست منه / من البدع التي أحدثوها في ليلة المعراج / المؤلف: أبو عبد الله محمد بن محمد بن محمد العبدري الفاسي المالكي الشهير بابن الحاج (ت ٧٣٧هـ) / الناشر: دار التراث - بدون السنة].
Karena madzhab Imam Malik – rahimahullahu – membolehkan jual beli Mu'athoh yaitu apabila kamu memberikan kepadanya dan dia memberikannya kepadamu, tanpa ada kata akad “jual beli” yang ada di antara kalian berdua. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Hathob Ar Ru'ainiy Al Malikiy berkata dalam Kitabnya Mawahibu Al Jalil Fi Syarhi Mukhtashar Kholil (juz. 4 hal. 228 - 230):
وَقَالَ الشَّيْخُ زَرُّوقٌ : هِيَ أَنْ يُعْطِيَهُ الثَّمَنَ فَيُعْطِيَهُ الْمُثَمَّنَ مِنْ غَيْرِ إيجَابٍ، وَلَا اسْتِيجَابٍ، انْتَهَى. لِأَنَّ الْفِعْلَ يَدُلُّ عَلَى الرِّضَا عُرْفًا وَالْمَقْصُودُ مِنْ الْبَيْعِ إنَّمَا هُوَ أَخْذُ مَا فِي يَدِ غَيْرِكَ بِعِوَضٍ تَرْضَاهُ، فَلَا يُشْتَرَطُ الْقَوْلُ وَيَكْفِي الْفِعْلُ كَالْمُعَاطَاةِ.. (إلى أن قال)...
وَيَعْنِي أَنَّ الرُّكْنَ الْأَوَّلَ الَّذِي هُوَ الصِّيغَةُ الَّتِي يَنْعَقِدُ بِهَا الْبَيْعُ هُوَ مَا يَدُلُّ عَلَى الرِّضَا مِنْ الْبَائِعِ وَيُسَمَّى الْإِيجَابَ، وَمَا يَدُلُّ عَلَى الرِّضَا مِنْ الْمُشْتَرِي وَيُسَمَّى الْقَبُولَ، وَسَوَاءٌ كَانَ الدَّالُّ قَوْلًا كَقَوْلِ الْبَائِعِ بِعْتُكَ وَأَعْطَيْتُكَ وَمَلَّكْتُكَ بِكَذَا وَشَبَهُ ذَلِكَ، وَقَوْلُ الْمُشْتَرِي اشْتَرَيْتُ وَتَمَلَّكْتُ وَابْتَعْتُ وَقَبِلْتُ وَشَبَهُ ذَلِكَ، أَوْ كَانَ فِعْلًا كَالْمُعَاطَاةِ...(إلى أن قال)...
فَفِيهَا دَلَالَةٌ عُرْفِيَّةٌ، وَهِيَ كَافِيَةٌ إذْ الْمَقْصُودُ مِنْ التِّجَارَةِ إنَّمَا هُوَ أَخْذُ مَا فِي يَدِ غَيْرِكَ بِدَفْعِ عِوَضٍ عَنْ طِيبِ نَفْسٍ مِنْكُمَا فَتَكْفِي دَلَالَةُ الْعُرْفِ فِي ذَلِكَ عَلَى طِيبِ النَّفْسِ وَالرِّضَا بِقَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ، وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ الْفِعْلُ مُعَاطَاةً. انتهى.
[انظر كتاب مواهب الجليل في شرح مختصر خليل ؛ (ج ٤ ص ٢٢٨ - ٢٣٠) / كتاب البيوع / المؤلف: شمس الدين أبو عبد الله محمد بن محمد بن عبد الرحمن الطرابلسي المغربي، المعروف بالحطاب الرُّعيني المالكي (ت ٩٥٤هـ) / الناشر: دار الفكر، الطبعة: الثالثة، ١٤١٢هـ - ١٩٩٢مـ].
Syaikh Zarruq (Al Malikiy) berkata: Artinya dia memberinya harga dan memberikan barang yang dihargainya kepadanya tanpa tawaran atau tanggapan. Selesai. Karena perbuatan itu menunjukkan kerelaan menurut adat, dan tujuan jual beli itu adalah mengambil apa yang ada di tangan orang lain dengan imbalan yang memuaskannya, maka pernyataan itu tidak disyaratkan, dan cukuplah tindakkan tersebut, seperti Mu'athoh (bertindak namun tanpa berkata kata) ... (sampai ia berkata)...
Dan artinya, rukun pertama yaitu sighot (susunan kata akad) yang jual beli sah dengannya, dan shighot yang menunjukkan kerelaan penjual disebut penawaran (ijab), dan yang menunjukkan kerelaan dari pembeli disebut penerimaan (qobul), baik yang menunjukkan berupa perkataan, seperti ucapan penjual : “Aku jual kepadamu, aku berikan kepadamu, aku berikan kepemilikan kepadamu untuk ini dan itu,” dan sejenisnya. Dan ucapan pembelinya : “Saya beli, saya miliki, saya membeli, saya terima,” dan sejenisnya, atau itu berupa tindakan seperti Mu'athoh (menjual dan membeli tanpa kata ijab qobul) … (sampai dia berkata)...
Didalamnya menunjukkan adat, dan itu sudah mencukupi, karena tujuan perdagangan adalah mengambil apa yang ada di tangan orang lain dengan membayar ganti rugi atas kehendak bebasnya sendiri, diantara kalian berdua, cukuplah adat dalam hal ini yang menunjukkan jiwa yang baik dan rasa puas terhadap perkataan atau perbuatan, meskipun perbuatan tersebut tanpa kata ijab qobul (Mu'athoh). Selesai.
˚ৡ✿𝟒)•𝐇𝐚𝐧𝐚𝐛𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡
Sah Bai' Mu'athoh secara mutlak
❁˚ৡ✿⊱•Imam 'Alauddin Al Murdawiy Al Hanbaliy berkata dalam Kitabnya Al Inshof Fi Ma'rifati Ar Rojih Min Al Khilaf (juz. 4 hal. 263):
الصَّحِيحُ مِنْ الْمَذْهَبِ: صِحَّةُ بَيْعِ الْمُعَاطَاةِ مُطْلَقًا. وَعَلَيْهِ جَمَاهِيرُ الْأَصْحَابِ. وَهُوَ الْمَعْمُولُ بِهِ فِي الْمَذْهَبِ. اهـ
[انظر كتاب الإنصاف في معرفة الراجح من الخلاف : (ج ٤ ص ٢٦٣) / كتاب البيع / المؤلف: علاء الدين أبو الحسن علي بن سليمان المرداوي الحنبلي (٧١٧ - ٨٨٥ هـ) / الناشر: مطبعة السنة المحمدية، الطبعة: الأولى، ١٣٧٤ هـ - ١٩٥٥ مـ].
Pandangan yang benar dari madzhab (Hanabillah): Keabsahan jual beli Mu'athoh (menjual dan membeli tanpa mengucapkan ijab qobul) secara umum. Begitu pula dengan banyak sahabatnya (Hanabillah). Hal inilah yang diterapkan dalam madzhab (Imam Ahmad) tersebut. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ibnu Rajab Al Hambaliy Berkata Dalam Kitabnya Ahkamu Al Khowatim (hal. 722):
ذكر ابن المنذر أن الاستصناع جائز، وأنه إذا جاء عَلَى الوصف فلا خيار له فيه عن أبي ثور واختاره.
وأما إذا تراضيا بذلك عند إحضاره، وسلَّم إِلَيْهِ الثمن، فهذا بعينه بيع المعاطاة. اهـ.
[انظر كتاب أحكام الخواتيم : (ص ٧٢٢) / فصل استصناع الخواتم / المؤلف: زين الدين أبو الفرج عبد الرحمن بن أحمد بن رجب الحنبلي (٧٣٦ - ٧٩٥ هـ) / الناشر: الفاروق الحديثة للطباعة والنشر، الطبعة: الأولى، ١٤٢٤ هـ - ٢٠٠٣ مـ].
Ibnu al-Mundzir menyatakan bahwa istisna’ (meminta seseorang untuk membuatkan sesuatu) itu boleh, dan jika seperti yang dijelaskan, maka tidak ada pilihan (khiyar) baginya didalamnya, dari Abu Tsaur dan dia memilihnya.
Tetapi jika mereka menyepakati (saling ridlo) dengan semua itu ketika kehadirannya, dan ia menyerahkan harganya kepadanya, maka pada hakikatnya itulah jual beli Mu'athoh. Selesai
❁˚ৡ✿⊱•Dar Al Ifta' Al Mishriyyah:
السؤال :
ما حكم البيع دون التلفظ بالإيجاب والقبول؟ فأنا أحيانًا أذهب إلى السوق لإحضار بعض الخضراوات، ويكون السعر مكتوبًا على كلِّ صنف، فأنتقي ما أريد وأدفع سعره للبائع دون أن أتلفظ بأيِّ شيءٍ. فهل هذا بيعٌ منعقدٌ وجائزٌ شرعًا؟
Pertanyaan :
Apa hukumnya jual beli tanpa menyebutkan secara lisan penawaran dan penerimaannya? Suatu ketika saya pergi ke pasar untuk membeli sayur-sayuran, dan harganya tertulis di setiap barang, jadi saya memilih apa yang saya inginkan dan membayar harganya kepada penjual tanpa berkata apa-apa. Apakah ini jual beli yang diperbolehkan secara hukum syar'i?
الجواب :
البيع المذكور بِانْتِقاء ما يرِيدهُ الشخص مِن الخضراوات أو غيرها مع كون السعر مكتوبًا على كلِّ صنف منها، ودفع ثمنها للبائع دون التلفُّظ بأيِّ شيءٍ مِن الإيجاب والقبول مِن الطرفين -بيعٌ صحيحٌ منعقدٌ وجائزٌ شرعًا.
Jawaban :
Jual beli tersebut dengan memilih apa yang dikehendaki seseorang dari sayur-sayuran atau barang-barang lainnya, dengan harga yang tertera pada masing-masing barang, dan membayar harganya kepada penjual tanpa ada penawaran atau penerimaan dari kedua belah pihak, maka jual beli itu sah, dan boleh secara hukum Syariah.
الخلاصة :
بناءً على ذلك: فإنه يُشترط في البيع أن يَحصُل برضا البائع والمشتري، والرضا كما يكون بالقول الذي يُعرف بـ"الإيجاب والقبول"، يكون أيضًا بالفعل الدالِّ عليه وهو أخذُ السلعة وإعطاءُ ثمنها وإنْ لم يتكلم المشتري ولا البائع، ولا إثم في ذلك ولا حرج.
وفي واقعة السؤال: البيع المذكور بِانْتِقاء ما تُرِيدِينَهُ مِن الخضراوات أو غيرها مع كون السعر مكتوبًا على كلِّ صنف منها، ودفع ثمنها للبائع دون التلفُّظ بأيِّ شيءٍ مِن الإيجاب والقبول مِن الطرفين -بيعٌ صحيحٌ منعقدٌ وجائزٌ شرعًا.
والله سبحانه وتعالى أعلم.
Kesimpulan
Berdasarkan hal ini: Suatu syarat bahwa jual beli itu diperoleh atas ridlo (kerelaan) penjual dan pembeli, dan kerelaan, seperti yang terjadi melalui kata-kata yang disebut “penawaran dan penerimaan”, juga terjadi melalui akta/label yang menunjukkannya, yang mana mengambil barang itu dan memberikan harganya, meskipun pembeli dan penjual tidak berbicara, dan hal itu tidak berdosa atau memalukan.
Didalam konteks pertanyaan: Jual beli tersebut dengan memilih sayur mayur atau barang lain apa pun yang dikehendaki dengan harga yang tertulis pada masing-masing barang, dan membayar harganya kepada penjual tanpa ada penawaran atau penerimaan apa pun dari kedua belah pihak, MAKA JUAL BELI ITU SAH DAN JADI. itu diperbolehkan menurut hukum Islam.
Dan Allah Yang Maha Kuasa lebih tahu. Selesai.
✯͜͡❂⊱•أَلحَمْدُ لِلّـهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتُمُّ الصّالِحَاتُ✯͜͡❂⊱•
•._.••´¯``•.¸¸.•` 🎀 ӄʀǟɖɛռǟռ ֆɛʟǟȶǟռ
ֆʀʊʍɮʊռɢ
ʍǟɢɛʟǟռɢ
🎀 `•.¸¸.•``¯´••._.•
٢٤ جمادى الثاني ١٤٤٦ هـ
17 ໓ēŞē๓๖ēr 2024 ๓
Tidak ada komentar:
Posting Komentar